Friday, July 20, 2012

Kevin Prama Dwikaragus, ST. @kevindwikaragus


Rabu, 11 Juli 2012

Nggak sabar menanti-nanti hari ini..
Bukan harinya, tapi sesuatu yang bakalan terjadi hari itu. Sesuatu yang ditunggu-tunggu.

Dulu aku ingat, loose top putih bergambar mickey mouse, legging abu-abu, menungguimu. Layaknya emak-emak nganterin anaknya yang daftar ulang di sekolah baru. Menungguimu daftar ulang di universitas itu, di fakultas dan jurusan yang akhirnya menambahkan huruf S dan T di belakang namamu. Sewaktu menunggu, sedikit mengobrol dengan orangtua yang hendak mendaftar juga. Mereka mengira aku yang hendak masuk, bingung harus menjawab apa, karena rupanya aku begitu malu-malu kucing. Anak dari orangtua tersebut ternyata satu jurusan denganmu. Dan lambat laun menyadari kalau kita memang ada sesuatu, dan di suatu waktu dia pun pernah teringat begitu. Hari itu juga bertemu teman lama. Banyak teman lama. Ada satu teman wanita yang sempat sekelas denganmu waktu SMA, menyapa, kemudian tiba-tiba menarik tanganmu minta diantar. Hey! Aku cemburu tahu! –itulah aku yang masih terlalu labil. Kamu menolak, kemudian diapun berlalu. Setelah selesai berbagai macam, ditambah foto pada kartu yang menandaimu beralih jadi ‘mahasiswa’. Kaupun terdaftar. Selesai. Ya, akan selalu jadi ingatan manis, saat itu, saat aku menemanimu masuk ke universitas itu.

Hari-hari berlalu. Begitu banyak. Waktu yang begitu tersita oleh masa orientasi. Saat itu kita saling menemani. Yah, dan kamu pun mulai sibuk. Dan begitulah, orientasi begitu mengajariku apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kamu sibuk. Selalu sibuk. Sering sibuk. Yang paling menyebalkan, –aku tahu kamu pintar dan baik- tapi bukankan begitu alangkah kurang menyenangkan di saat kita bersama, waktu habis dengan kamu menjawab sms ataupun telpon dari teman-teman wanita yang menanyakan tugas? Aku kesal! –itulah aku yang masih terlalu labil.

Semester-semester awal tidak begitu menyita perhatian. Sampai terjadi sesuatu. Mungkin hanya salah paham, tapi aku kesal dan marah sekali. Mungkin kamu nggak akan ingat hal itu.

Semester-semester berikutnya, kamu pun mulai begitu sangat sibuk. Pulang begitu larut. Jarang mengabari, dan pernah hampir tidak ada pesan singkat. Sedih! Kesal! Sebal! Kamu tahu, sampai waktu kamu sakit pun aku tahu dari orang lain. Dan orang lain itu sampai bilang, masa pacarnya nggak tahu. Kamu sangat sibuk. Aku juga ingin sibuk! Aku juga sibuk! Aku sibuuuuuuuuuuukkkkk!!!
Mungkin waktu juga lah yang menjawab, aku mencoba berusaha dewasa. Aku berusaha untuk sibuk juga. Sampai mungkin aku pernah tak tahan, tapi yah mungkin dan aku yakin kita memang jodoh.

Menjelang semester-semester akhir, kamu jadi lebih santai dan lebih sangat menyenangkan. Aku sayang kamu. Mungkin juga karena saat itu masa-masa sulit telah sedikit mereda. Aku sayang kamu. Berbagai cara dukungan menjadi berbeda, perasaan itupun jauh lebih kuat. Serupa doa dan dukungan, untuk kita maju bersama. Di awal aku tahu kamu pasti lebih dulu. Kamu laki-laki dan menanggung banyak, majulah terlebih dulu aku selalu ada di sampingmu, dan ada di finish untuk kemudian memulai putaran yang baru bersama.
Dan akhirnya hari-hari yang dinantikan telah ditentukan. Tidak terkira bahwa terjadi bulan ini. Saat kamu bilang itu adalah besok, aku gugup, meski aku tahu kamu malah begitu santai. Waktu seminar, kamu tidak mengizinkanku datang. Kamu bilang tambah gugup kalau aku datang. Kamu bilang ‘Iker Casillas kalah di pertandingan ketika ditonton pacarnya..’ –Kamu pikir kamu Iker Casillas???- . Kamu bilang, aku cuma boleh datang waktu pengumuman. Tapi pengumuman itu sore, lalu aku harus kemana?? Aku memaksa! Aku harus datang ke sidangmu! Aku mengantarkanmu masuk ke universitas itu, harus ada aku juga ketika kamu lulus dari universitas itu. Itu janjiku. Dan pasti kutepati. Seorang teman bertanya ‘bagaimana kalau ternyata giliran kamu yang sidang dia sibuk bekerja dan tidak bisa datang?’, aku jawab ‘aku mengerti, tidak apa-apa..’. Ah entahlah itu masih lama, meski kamu mungkin jarang datang di saat-saat aku ingin kamu datang dengan inisiatifmu, tapi aku yakin kamu akan datang untuk jadi bagian dalam moment yang penting bagiku.

Kamu bilang sidangnya jam 2. Aku curiga kamu berbohong, karena nggak mau aku datang di sidangmu. Terburu-buru aku pergi ke kampusmu, meski satu urusan belum terselesaikan. Aku baru sembuh dari sakit kemarin, hari ini aku masih merasa sakit, tapi pasti sembuh dengan kebahagiaan hari ini. Aku bingung mau kemana. Sudah sampai tapi tempatnya pun tak tahu dimana. Kamu menyebut satu tempat, aku tidak tahu itu dimana. Untung bertemu salah satu teman, sampailah aku di ruang itu. Hey kamu! Tampan sekali! Jas yang beberapa minggu lalu aku ikut ketika kamu memesannya. Kamu... Tampan! Tersenyum tersipu. Aaaaahhh... kamu benar-benar tampan!
Kamu tersenyum. Tapi aku tahu kamu gugup. Akupun juga begitu gugup. Dan jam 1.30 para dosen sudah memasuki ruangan. Banyak-banyak berdoa. Aku gugup. Satu-persatu pertanyaan dilontarkan, dijawab dengan lancar, dengan senyuman, juga dengan seringai yang begitu lebar. Ah.. you’re my man! Meski ada sedikit gangguan yang mengalihkan perhatian, sampai temanmu berujar yang kemudian aku artikan mungkin aku kurang sopan dan kurang baik memperhatikanmu pada beberapa saat kamu mencuri pandang di sela kegugupanmu. Tapi aku tetap mendengarkanmu, aku juga berdoa untukmu. Berusaha menjadi salah satu bidadari dalam sepasang bidadari yang pernah kamu ceritakan. Setelah selesai, semua teman-temanmu memberi selamat, meski belum pengumuman. Satu persatu mereka pulang. Tinggal aku dan kamu, menunggu-nunggu sesuatu.

Aku lapar. Aku belum makan. Aku lupa makan. Akhirnya aku makan makanan yang biasa kamu makan di kantin saat makan siang. Makanan yang suka kamu ceritakan. Enak, aku kenyang, kenyang juga kamu grecokin karena makannya terlalu lama. Kamu pasti sudah tak sabar menantikan itu.
Kembali lagi ke ruang tadi. Sepertinya hanya ada kita berdua. Aku duduk, begitu gugup diantara orang lain yang tidak kukenal, sementara kamu berdiri dengan dua orang lainnya. Beliau bilang, hari ini menghasilkan 2 huruf mutu, A dan B. Lega rasanya ketika beliau bilang semuanya lulus –tentu saja pria tampanku yang pintar ini pasti lulus-. Kemudian beliau menyebut namamu secara lengkap, nilaimu 83,5, dengan Lulus dengan huruf mutu A. Itu nilai perjuanganmu bergulat dengan Viral System selama beberapa bulan. Aku terharu. Aku tidak mampu berkata-kata. Aku bangga sama kamu. Serius yah, hari itu aku emang bener-bener nggak mampu untuk berkata-kata, mungkin kamu juga memperhatikan itu aku tidak secerewet biasanya. Aku mau teriak! Aku mau menangis! Aku bahagia dan begitu senang kelewatan! Kamu lulus, dari jurusan teknik industri, fakultas teknik industri, Universitas Parahyangan Bandung.

Happy Graduation my love! Kevin Prama Dwikaragus, ST. I’m so proud of you! 

Aku mengantarkanmu ketika masuk ke kampus ini, dan ketika kamu lulus pun aku berada di sampingmu. Aku nggak mau menunggu begitu saja di finish untuk memulai putaran baru, aku mau kita berjalan bersama, maupun berlari bersama. Aku mau menemanimu ke gerbang, membuka gerbang, berjalan masuk bersama menelusuri jalan tersebut entah dimana berujung, selalu dengan kamu. Aku sayang kamu, aku mau jadi bagian dalam berbagai hal berharga dalam hidupmu. I love you, my precious gift....
with love,
galuh f. galura

Sunday, July 1, 2012

Doa Dua Bidadari

Buku yang menginspirasi ini judulnya 7 langkah menggapai rezeki kalau nggak salah. Setiap kerumahmu, shalat di kamarmu, buku ini teronggok di mejamu. Penasaran dengan isi buku itu, tapi aku nggak mau melangkahi, harus kamu duluan yang menyelesaikan buku itu. Tapi aku bertanya, apakah aku boleh meminjamnya, ya kaupun menjawabnya. Aku bilang cepat kau selesaikan. Kau bilang aturan mainnya, baca satu chapter, diamalkan dulu, setelah itu baru lanjut ke chapter selanjutnya. Kemudian suatu waktu kamu berjanji menceritakan chapter pertama dari buku itu; 'Doa Dua Bidadari'.

Mensingkronkan doa dua bidadari. Siapakah dua bidadari ini? Pasti tahu, yang pertama adalah IBU, yang kedua adalah PASANGAN. Dengan singkronnya doa dari kedua bidadari ini, apa yang diinginkan akan lebih mudah digapai. Begitulah penjelasanmu waktu itu. Ya, pasti aku akan selalu mendoakanmu. :) Tapi benarkah aku bidadarimu yang kedua?

Beberapa lama kemudian setelah cerita mengenai chapter pertama; "Doa Dua Bidadari". Seperti biasa meretas jalanan dengan si biru yang senantiasa menemani dari awal kita kencan pertama, hingga entah kini yang keberapa juta. Kamu bilang, tutup kaca depannya, nanti wajahku kotor dan berjerawat. Aku bercanda, biar nggak kotor ya pake mobil. Kamu menjawab lagi, Insya Allah nanti yah. Sambil masih bercanda aku menjawab lagi, tapi jangan lama-lama. Insya Allah, makanya kamu bantu.. Bantu dengan doa.. Seperti di buku itu, doa dari dua bidadari. *speechless* *blushy* :">

Hey I love you, Kevin!