27 October 2013,
Seorang ayah dan anak tengah duduk di kursi taman berdua.
Ayah (usia 60-an) : Tukang apa itu?
Anak (usia 30-an) : Tukang balon.
Ayah : Tukang apa itu?
Anak : Tukang balon (menjawab dengan nada malas).
Ayah: Itu, yang jualan apa?
Anak: Tukang balon! (menjawab kesal dengan nada meninggi).
Sang ayah kemudian meminta anaknya untuk mengambilkan sebuah buku di kamarnya, yang ternyata buku hariannya. Sang anak memberikan buku tersebut ke ayahnya, kemudian kembali duduk. Setelah sang anak duduk, sang ayah membuka beberapa halaman dari bukunya, kemudian memberikan buku tersebut kepada anaknya.
Ayah : Coba bacakan.
(sang anak terdiam).
Ayah : Ayo bacakan, yang keras.
(sang anak menghela nafas, kemudian mulai membacakan isi halaman yang ditunjukkan sang ayah).
Anak : Hari itu aku membawa anakku yang masih balita ke taman. Dia kemudian menanyakan "tukang apa itu?" sambil menunjuk tukang balon. Aku menjawab "Itu tukang balon". Anakku kemudian kembali bertanya "tukang apa itu?", sambil masih menunjuk tukang balon yang sama. Lagi, aku menjawab "Itu tukang balon". Anakku kembali menanyakan pertanyaan yang sama, terus menerus tiga kali, empat kali, sampai duapuluh satu kali. Dan aku pun menjawab "Itu tukang balon" sebanyak duapuluh satu kali.
XOXOXO,
Galuh Fajriyah Galura
*this inspirational story was taken from a commercial break at TVRI