The Proposal Episode 29
“Camilla Arlinda Sutoro, will you marry me?”, ujar Fahmi yang bersimpuh
di hadapan Camilla sambil mempersembahkan sebuah kotak beludru warna ungu tua,
di dalamnya duduk manis sebuah cincin perak dengan batu ruby bertengger manis
di tengahnya dikelilingi berlian kecil berkilauan. Seiring dengan gerakan slow motion Fahmi yang hendak bersimpuh,
tiga camera man keluar dari balik
pohon yang mengelilingi taman tersebut. Sebuah alas duduk dengan berbagai
pernik piknik, disitulah yang menjadi main
stage bagi Camilla dan Fahmi di senja itu. Camilla kikuk dan panik melihat
banyak orang yang tertuju kepadanya. Camilla langsung mengambil clutch bag-nya yang berwarna orange kemudian menutupi wajahnya,
tangannya langsung meraih tangan Fahmi dan menariknya keluar dari kerumunan crew TV. Fahmi menggenggam kotak cincin
sambil berusaha mengimbangi langkah Camilla yang berlari kecil menariknya agak
jauh dari kerumunan. Di tempat itu mereka berdua saling bertatapan, wajah
sumringah tapi penuh tanda tanya terukir jelas di wajah tampan Fahmi,
berkebalikan dengan wajah yang memerah panik nan histeris serta mata yang telah
berkaca-kaca. “Take me home.. Please..”,
Camilla mengiba kemudian menggenggam tangan Fahmi. “Tapi Mil.. Kamu belum jawab
pertanyaanku..”, Fahmi semakin bingung ketika air mata mulai mengalir dari mata
indah Camilla. “TAKE ME HOME! NOW!”,
Camilla membentak Fahmi sambil terus berurai air mata.
Fahmi terbangun dari tidur singkatnya.
Semalam hati dan pikirannya gusar, badannya terbaring di kasur tapi tetap tidak
tertidur. Membuka mata secara cepat, melihat ke sekeliling kamarnya, mentari
mengintip halus dari ventilasi kamarnya. Fahmi melirik jam di kamarnya, waktu
menunjukkan pukul 6 pagi. Fahmi bangkit dari tempat tidurnya, ‘saatnya ngantor lagi’, Fahmi mendesah. Sebuah
sakit menyengat di kepalanya ketika mengingat kejadian dua hari yang lalu. Dari
kejadian itu, hampir setiap menit Fahmi mencoba menghubungi Camilla. ‘Camilla, mengapa?’
“Mbak Garti, Saya mohon maaf atas
kejadian dua hari lalu itu. Semua diluar ekspektasi Saya.. Saya bingung
sebenarnya ada apa dengan Camilla..”, Fahmi menerawang keluar jendela cafe, di
depannya duduk seorang wanita berambut sebahu. “It’s okay Fahmi.. Dulu juga pernah terjadi hal seperti itu, si
wanita histeris sampai pingsan, meski tidak sampai meninggalkan venue.”, wanita dengan berbalutkan suit warna hitam dengan logo salah satu
stasiun TV swasta tersebut tersenyum. “Iya Mbak.. Justru itu.. Unfinished business rasanya.. Semua effort yang telah dilakukan seluruh crew, sedih rasanya kalau mengingat hal
tersebut.. Mm.. Apakah pihak TV bakalan menuntut Saya?”, Fahmi sedikit mengurut
dahinya. “Apa Kamu sudah kembali menemui Camilla? Kami disini butuh persetujuan
untuk menayangkan hasil shoot kemarin
dari Kamu, juga dari Camilla. So
everything will be clear..”. Fahmi menggeleng putus asa. “Just keep trying.. Mungkin episode
kalian berdua bakalan jadi yang paling hits di acara The Proposal.”, Mbak Garti tersenyum kemudian menyeruput Espresso-nya.
Fahmi menyender ke stir mobilnya. Sudah
tiga hari kegiatan ini dilakukannya sepulang kantor. Fahmi menunggu di dalam
mobil yang diparkirkan tidak jauh dari rumah Camilla, Jl. Merak nomer 27,
sebuah rumah megah bergaya arsitektur Renaissance
dengan didominasi warna cream dan beberapa dinding yang dihiasi marmer cream. Selama
satu tahun lebih berhubungan dengan Camilla, belum sekalipun Fahmi menginjakkan
kaki di rumah megah tersebut. ‘Bodoh.
Rafanto Miwadi, kamu benar-benar bodoh! Belum pernah dipersilakan singgah di
rumah Camilla, dan dengan nekatnya mengetuk paksa hati terdalam Camilla untuk
berlabuh selamanya di dalamnya’.
Setahun lebih, tepatnya 18 bulan
bersama Camilla rasanya Fahmi belum banyak mengetahui gadis cantik yang lebih
muda dua tahun ini, rambut hitam yang panjang nan ikal, mata bulat dengan pupil
kecoklatan, kulitnya yang putih, pipinya yang ranum.. Semuanya terlanjur
membuat Fahmi kelewat jatuh cinta. Manis dan sifat dewasanya memukau Fahmi,
selalu. Fahmi terlalu terpukau, sampai melupakan hal kecil yang seharusnya
menjadi perhatiannya jika ingin serius dengan Camilla. Fahmi tidak tahu siapa
itu Pak Sutoro –sebuah nama yang bertengger di belakang nama Camilla-, sedikit
pun Fahmi tidak tahu tetek bengek keluarga Camilla, Fahmi tidak tahu apa-apa hal
krusial tentang Camilla, hal yang Fahmi tahu adalah Camilla memang tercipta
untuknya dan Fahmi ingin memilikinya, hanya untuknya seorang. Bodoh! Fahmi mengacak-ngacak rambutnya
kemudian membenturkan kepalanya ke stir mobilnya. Mentari kian turun untuk
bersembunyi, pertanda tiga hari sudah Camilla pergi, hilang dari peredaran tata
surya hatinya. Ponsel yang selalu berhiaskan berbagai hal yang dikirim Camilla,
kini tak satupun yang muncul.
THE
PROPOSAL. Salah satu reality show di sebuah stasiun TV yang
banyak diperbincangkan kaum wanita yang berada dalam usia cukup untuk menikah,
lebih-lebih para gadis abg. Acara yang memuaskan imajinasi para wanita tentang
bagaimana mereka being proposed
dengan berbagai detail setting super
romantis. Acara yang entah mengapa begitu memukau para wanita, membuat mereka
berangan-angan dan sedikit menuntut –secara tersirat- pasangan mereka untuk
melakukan hal yang sama, melamar dengan cara yang super romantis dan dengan
cara yang tidak biasanya. Biasanya si pria menyiapkan sebuah konsep yang
disukai wanitanya, tidak jauh-jauh dari dinner
romantis, bunga, dan sebuah inti yaitu little
things dengan detail huruf yang bila dirangkai intinya will-you-marry-me dengan berbagai cara menyampaikannya. Salah satu
keuntungan dari acara ini adalah si pihak pria mendapat bantuan free dari acara
ini untuk melakukan berbagai hal gila untuk melamar wanitanya. Sebetulnya itu
simbiosis mutualisme, si pria diuntungkan karena mendapatkan free bantuan untuk mewujudkan
imajinasinya, sedangkan si acara TV mendapatkan tayangan yang nantinya bisa
merebut hati para penonton yang mayoritas wanita. Fahmi sendiri tahu acara itu
gara-gara teman wanita sekantornya sering membicaran acara tersebut. Fahmi
sendiri heran, mengapa hal yang sebegitu sakralnya perlu diumbar di depan
publik, artis juga bukan. ‘Hey Fahmi,
bukan masalah publisitas atau masuk TV-nya. Effort yang mereka lakukan, ide..
Dan nggak semua pria mau melakukan hal seheboh itu loh.. Pria yang ikut acara
itu ingin berkata di depan manusia seantero nusantara, memperkenalkan
wanitanya, dan bersungguh-sungguh ingin sehidup semati dengan wanitanya di
depan para penonton. Isn’t it sweet? Diumbar karena ingin seluruh nusantara
tahu, bahwa pria itu luar biasa mencintai wanitanya. Dan wanita mana yang nggak
senang, diakui dan diperkenalkan seperti itu?’, kata-kata dari Ayya teman
sekantornya seperti menjadi bisikan kecil yang melintaskan sesuatu di pikiran
Fahmi.
Camilla suka hal yang romantis, every little sweet and romantic things. Camilla
yang manis suka buket bunga –lily putih favoritnya-, candle light dinner, bahkan Camilla selalu menceritakan hal-hal
yang ada dalam imajinasinya tentang dream
wedding, meski tidak pernah menyebut Fahmi dalam imajinasinya. Hubungan 18
bulan Fahmi-Camilla adalah unpublished
relationship. Fahmi memang bukan tipikal pria yang senang mengumbar
kehidupan pribadinya di depan teman-teman, terlebih lagi di jejaring sosial.
Ketika bertemu dengan Camilla, Fahmi merasa menemukan belahan jiwanya, Camilla
gadis yang tidak suka publikasi berlebihan. Mereka berdua sepakat, cinta yang
bersemi dan kebahagiaan yang melingkupi keduanya hanya milik mereka berdua,
tidak untuk umum. Entah bisikan setan darimana ketika Fahmi serius menghubungi pihak
acara The Proposal, kemudian
merencanakan sebuah moment ‘will you
marry me’ yang super romantis.
Ide garden picnic merupakan hal pertama yang terlintas di pikiran Fahmi
saat bertemu Mbak Garti, creative
director dari acara The Proposal.
Mbak Garti memberikan Fahmi beberapa referensi berupa high light beberapa episode dari The Proposal. Semuanya hampir sama, setting tempat restoran atau cafe dengan setting waktu dinner.
Fahmi pikir garden picnic merupakan
ide setting yang beda dari yang lain.
Fahmi semakin bersemangat menyiapkan setiap detail kejutan yang akan dibuatnya.
Setiap detail. Seafood canape sebagai appetizer, bento bertemakan Hello Kitty
untuk lunch, fresh juice dengan campuran berbagai buah favorit Camilla, tidak
lupa tea set berupa teh dan cupcakes untuk tea
time di sore hari. Fahmi merencanakan sebuah tempat di taman yang ada danau
di dekatnya. Sebuah taplak berukuran besar yang dijadikan alas piknik dengan
motif kotak-kotak berwarna pink, set perlengkapan piknik yang juga didominasi
warna pink. Tanpa melupakan buket bunga lily putih. It would be a really sweet romantic surprise! Fahmi memberikan
sebuah cincin perak custom made
dengan design yang dibuatnya sendiri. Fahmi sangat bersemangat, sangat tidak
sabar menantikan hari itu.
Hari itu, sebuah kejutan disiapkan Fahmi.
Fahmi membawa Camilla ke suatu tempat. Memaksa Camilla untuk menutup matanya
dengan penutup mata sepanjang perjalanan. Setelah sampai di taman, Fahmi
menuntun Camilla sampai di tempat set piknik yang telah disiapkannya. Camilla
dengan blus kerut berwarna baby blue
dan ruffle skirt selutut berwarna deep grey, mengikuti kemana tangan Fahmi
menuntunnya. Fahmi berhenti kemudian membuka penutup mata Camilla. Mata indah
Camilla berbinar; sebuah piknik di akhir pekan. Camilla masih agak speechless
sampai akhirnya Fahmi mengeluarkan appetizer yang dilanjutkan dengan bento set
bertemakan Hello Kitty –kartun favorit Camilla-. Senyum Camilla makin lebar
melihat bentuk Hello Kitty di makan siangnya, yang sengaja disiapkan Fahmi.
Setelah makan siang dan sedikit bercanda, Fahmi menyetel lagu Thousands Years –
Christina Perri. Fahmi bangkit dan meminta tangan Camilla. Camilla sedikit
kikuk, namun akhirnya berdiri juga. Fahmi merangkul pinggang Camilla,
mendekatkan tubuh Camilla ke tubuhnya. Camilla memeluk Fahmi kemudian bersandar
di dadanya, sebuah slow dance diiringin lagu Thousands Years. Fahmi mengecup
kepala Camilla kemudian berbisik, ‘I love
you My Camilla’. Camilla berujar pelan, ‘I
love you Fahmi’. Fahmi dapat mendengar suara pelan Camilla, Fahmi
tersenyum. Setelah lagu mengulang kembali, Fahmi melepaskan rangkulannya kemudian
menatap Camilla yang begitu sumringah. Fahmi mengecup dahi Camilla, kemudian
secara perlahan berlutut di hadapan Camilla mengeluarkan sebuah kotak beludru
dari saku celananya. “Camilla Arlinda Sutoro, will you marry me?”. Perhatian Camilla tidak tertuju pada Fahmi,
matanya bergerak-gerak kesana kemari melihat dia sudah dikelilingi banyak orang
dengan seragam crew TV. Camilla terlihat histeris. Dan semuanya berakhir
disitu.
‘Camilla,
where are you? I really miss you..’. Setelah ribuan sms, message, email, dan telpon akhirnya satu
sms ini mendapatkan respon dari Camilla. ‘Meet
me at Caramello. 4 pm.’. ‘Can’t wait
to see you my Rose..’.
Fahmi dengan masih mengenakan setelan
kantornya, dengan begitu sumringah masuk ke dalam sebuah cafe. Cafe dengan
nuansa warna pastel, masih lekat dalam pikirannya delapan belas bulan lalu, di
meja yang berada di pojok cafe. Di meja yang sama tengah duduk manis seorang
gadis dengan baby doll bunga-bunga
dan sebuah cardigan berwarna grape.
Fahmi menghampiri gadis pujaannya tersebut kemudian mencium pipi gadis tersebut
lantas duduk berhadapan. Fahmi tersenyum, “Apa kabarnya Camilla-ku ini? I’ve been really worry for you..”.
Camilla menunduk ketika Fahmi menatapnya seperti itu, jemarinya yang kecil
memainkan cangkir Latte-nya. “Baik. Fahmi.. Mungkin sudah saatnya Camilla
ceritakan semuanya..”. Dahi Fahmi berkerut kemudian menyentuh tangan Camilla,
“Cerita?”. “Ya.. Sebenarnya Camilla sudah bertunangan.”. “Bertunangan??”, dahi
Fahmi semakin berkerut, kemudian dia melepaskan tangan Camilla. Fahmi baru
menyadari sebuah cincin platina berukir halus dihiasi berlian kecil melingkar
di jari manis tangan kiri Camilla.
“Dengar Fahmi. You’re a really good guy.. Camilla tahu kamu bakal menjadi seorang
suami super baik, tapi mungkin bukan untuk Camilla.”, Camilla menyentuh tangan
Fahmi, “Kamu ingat waktu pertama kali kita bertemu disini, waktu itu Camilla
sedang menunggu Mas Reza, tunangan Camilla. Camilla dijodohkan dengan Mas Reza.
Meski Camilla menolak, Papa dan Mama memaksa, terlebih karena Mas Reza itu anak
sahabat Papa. Camilla tidak suka dijodohkan, meski Camilla tahu Mas Reza itu
pria yang baik. Tapi Camilla mencoba, Mas Reza juga berkata seperti itu. Tapi
Mas Reza kelewat sibuk, rasanya tidak pernah ada waktu untuk kami berdua
mencoba pendekatan layaknya pasangan normal lainnya. Camilla putus asa sampai
akhirnya bertemu Fahmi. Fahmi baik, menyenangkan, dan begitu perhatian sama
Camilla.”. Fahmi terdiam, tercekat rasanya mendengarkan setiap detail kalimat
yang diucapkan oleh bibir mungil Camilla. Dada Fahmi terasa sesak. “Camilla
senang diperlakukan sedemikian berharganya oleh Fahmi. Fahmi selalu membuat
Camilla merasa spesial. Tapi memang Fahmi bukan untuk Camilla..”, mata Camilla
berkaca-kaca, kemudian mulai menitikkan air mata. Tangan Fahmi menyentuh pipi
Camilla kemudian menghapus air matanya, “Kalau Camilla bahagia dengan Fahmi,
kenapa nggak kita menikah? No reason for
us to separate, I guess.. Aku cinta kamu, Camilla.”. Camilla menggeleng
perlahan, “Nggak Fahmi, bukan begitu seharusnya. Camilla juga minta maaf soal
kejadian minggu lalu. Camilla tidak menyangka itu terjadi, padahal Camilla
nggak pernah mengarah kesana. Camilla juga nggak nyangka kalau Fahmi sebegitu
seriusnya. Kemarin Camilla dihubungi Mbak Garti, Camilla setuju hasil shoot ditayangkan, dengan alibi bahwa
tayangan itu cuma setting-an di depan
papa, mama, maupun keluarga Mas Reza.”. “Jangan terlalu naif Camilla.. We’re meant to be together.. Kalau perlu
aku sekarang bicara langsung sama papamu.”. Camilla kembali menggelengkan
kepalanya, “Nggak Fahmi. Sudah cukup. Seharusnya Camilla kembali sama Mas Reza.
Begitu seharusnya. Wanita yang baik dan dewasa menunggu di luar sana untuk Fahmi.
Maafkan Camilla ya Fahmi..”, otot-otot wajah Fahmi menegang, ingin rasanya
Fahmi meluapkan emosinya. Camilla bangkit dari kursinya kemudian mendekati
Fahmi, “Fahmi adalah pria baik yang pernah bikin Camilla bahagia. Fahmi nggak
akan pernah hilang dari ingatan Camilla. Selamat tinggal Fahmi.”, suara halus
Camilla berbisik di telinga Fahmi, kemudian Camilla mengecup pipi Fahmi,
menyentuh bahu Fahmi kemudian meninggalkan Fahmi sendiri. Termenung sendiri.
Congratulation!
The Proposal episode 29 (Fahmi-Camilla Garden Picnic) got the highest rating among
all The Proposal’s episode. Actually, it was a simple one but really lovable
proposal i’ve ever heard along being the creative director. I really jealous
with Camilla –if only my husband had idea like you got-. And all the effort you
did.. It’s breath taking you know. Anyway, overall i’ve been so thankful to you
and Camilla for this success. All the crew also being so thanks to you. I don’t
know what had happened to you and Camilla, hopefully all the best for you Fahmi.
Don’t give up and good luck!
Regards,
Garti Utami
8 Oktober 2012
Galuh Fajriyah Galura
No comments:
Post a Comment