Thursday, December 20, 2012

Before Hijab...


Tulisan ini nggak bermaksud untuk menggurui, apalagi sok menceramahi loh.. Tulisan ini cuma berdasarkan pengalaman dan berbagai pikiran yang pernah melintas di pikiran saya. I share them, semoga bermanfaat.. Moreover, semoga bisa menjadi inspirasi bagi yang masih galau.. :)

Pakai hijab itu wajib dalam Islam. Ya. Semua juga tahu. Sudah dari dulu tahu. Tapi mungkin karena negara kita multikultural, minoritas yang pakai hijab, menjadikan pemikiran kalau hijab itu sebuah pilihan. Berbeda dengan negara-negara islam yang emang dari kecil pun anak-anak perempuan sudah dibiasakan berhijab.

A thought..
Dulu pernah terpikir untuk memakai hijab setelah menikah. My mom used it, when I was at Junior High School. Dulu terpikir, nanti setelah menyelesaikan kuliah, kemudian bekerja, dan kemudian setelah menikah. Pasti teman-teman juga banyak yang berpikiran seperti itu juga. :)
Setelah hampir graduate dari SMA, my daddy said to wear it when I enter college. But, I hadn’t ready for it. Masih dengan pemikiran nanti setelah menikah.
Masuk ke dunia perkuliahan, dimana 50% mahasiswi sudah berhijab. I still. Masih dengan pemikiran nanti setelah menikah. Time after time, si 50% itu mulai meningkat jadi 75%. Gerah. Yes.. Saya belum nih.
Setelah itu, muncul suatu pemikiran baru. Suatu alasan yang paling umum banget. Dan pasti familiar sekali. Hijabin dulu hatinya, nanti baru luarnya. Rasanya belum sebaik itu untuk berhijab. Nanti takut kelakuannya nggak sesuai sama hijabnya. Yap, sadar atau nggak pemikiran itu terlontar ketika lagi bareng sama sesama yang belum berhijab. Berbagai judgement dan statement yang keluar ketika memperhatikan orang yang sudah berhijab melakukan hal yang mungkin menurut orang yang belum berhijab itu nggak sesuai untuk dilakuin orang berhijab.

An answer..
Berbagai kegalauan dan pergolakan batin yang pernah terjadi itu, satu persatu memunculkan jawaban. Dan lucunya, semuanya terjawab dengan logika nggak cuma sebatas perasaan begini-begitu.
Sadar atau nggak, lingkungan berpengaruh besar buat psikologis seseorang. Termasuk lingkungan orang berhijab dan yang belum berhijab. Orang yang belum berhijab kalau bergaul dengan orang-orang yang telah berhijab, hal itu mempercepat waktu ‘kapan’ mengenakan hijab. Keluarga yang mayoritas sudah berhijab, teman-teman sepergaulan yang sudah berhijab, itu juga jadi faktor penentu waktu. Karena ketika bergaul sama orang yang belum berhijab, pemikiran yang dibentuk juga sama, nanti kalau sudah siap, dan berjuta alasan lainnya yang dimasukkan ke dalam pembenaran atas apa yang belum dilaksanakan. Yes, I admit them. Saya juga sempat mengalami hal itu juga kok. :)
Bagaimana dengan penilaian kurang baik terhadap perilaku kurang baik dari orang yang sudah berhijab? Then I got the answer. Sebuah kutipan, tapi saya lupa sumbernya. Sebuah jawaban bahwa hijab dan penilaian perilaku seseorang itu dua makhluk yang berbeda. Mengenakan hijab itu adalah sebuah kewajiban, perintah dari Allah SWT. Sedangkan perilaku seseorang itu adalah sebuah pilihan. Sebuah pilihan seseorang mau jadi baik atau buruk. Lalu ada pemikiran lanjutan. Nanti saja kalau sudah berhijab hatinya. Memangnya kita mau sesempurna apa? Kita manusia yang memang diciptakan oleh Allah sempurna, tapi kita juga bukan malaikat yang luput dari dosa. Dan kalau mengenakan hijab itu harus berlabel ‘baik’ alias harus berkelakuan baik, menjaga lisan, dan rajin beribadah. Berarti dengan kata lain, kalau kita menunda untuk berhijab, berarti kita menunda diri kita untuk berubah jadi baik? Singkat kata, menunda berhijab sama dengan menunda kebaikan.
Mengenai ketakutan mendapatkan pekerjaan setelah berhijab. Rasanya pemikiran itu terlalu bodoh dan picik. Disitu berarti kita meragukan kekuatan Allah SWT. Mungkin ya, beberapa perusahaan besar banyak yang menolak untuk mempekerjakan orang berhijab. Tapi, we’ve seen now.. Banyak para wanita berhijab yang sukses. Semuanya juga berdasarkan atas kemauan, kemauan untuk bekerja keras dan keinginan meningkatkan kemampuan diri sendiri. Bukan karena hijabnya. Kalaupun sulit menjadi pegawai dengan alasan seperti itu, kenapa nggak jadi entrepreneur aja? ;) Kalau kata pepatah banyak jalan ke Roma, apalagi untuk mencari rezeki asalkan dengan cara yang baik dan Halal, Insya Allah, Allah always there. Dan setelah memperhatikan banyak orang rasanya orang yang berhijab, orang yang berkeluarga, orang yang akan memiliki anak, dikasih rezeki lebih sama Allah, in His own way..
Kapan? Itu satu kata puncak dari semua kegalauan itu. Nanti. Nanti kapan? Ketika kita punya keinginan untuk sesuatu, kita harus punya limit of time. Target waktu. Kalau nggak ditarget, rasanya entah kapan bakalan kesampaian. Pengen punya mobil, nggak ditarget kapan dan tanpa adanya usaha, rasanya cuma angan-angan belaka. Hanya keinginan. Target. Kapan? Memang kita tahu dikasih umur sama Allah sampai kapan? Kalau besok sudah ditakdirkan menghadap Allah? Ketika kita belum berhijab? Hmmm... Ya.. Kenapa harus ditunda..

After Hijab..
Setelah 3 bulan, Alhamdulillah.. Rasanya banyak kenikmatan yang disadari maupun nggak disadari dikasih sama Allah. Orang-orang, khususnya cowok jadi lebih respect. Kalau dulu digoda-godain atau disuit-suit, sekarang disalamin Assalamualaikum, Assalamualaikum kan doa selamat buat kita.. :) Insya Allah beribadah juga jadi lebih rajin, masa udah berhijab sholatnya nggak rajin dan dientar-entar? Tapi tetap dengan niatan karena Allah tentunya. Mengenai si berkelakuan baik, yes, jadi lebih menjaga kelakuan. Bahkan rasanya mau ngambek-ngambek pun jadi nggak jadi.. Hehe..
Jangan sampai menodai hijab yang dikenakan, supaya bisa menginspirasi teman-teman yang belum. Eits, tapi bukan berarti jadinya sok suci atau merasa lebih, bergaul dan berbaur tetap, encourage, enrichment dan enlighten temen-temen yang belum supaya terinspirasi untuk mengenakan, bukan malah menceramahi, mencemooh seolah paling suci, apalagi menjauhi, rasanya kalau begitu penolakan yang terjadi malah semakin kuat. Ceritakan apa yang dialami, bukan mendikte hal-hal dengan kata harus. Seiring dengan waktu, seperti batu yang tertetesi air terus menerus bisa berubah menjadi cekung, tertetesi bukan ditetesi. :)
Saya juga masih belajar kok. Belajar untuk jadi manusia yang lebih baik lagi. Baik terhadap sesama, baik terhadap Sang Pencipta. Semoga kita masuk ke dalam golongan kesayangan-Nya yang terbaik.. Amin Yaa Rabb.. :)

20 December 2012,
Galuh Fajriyah Galura

1 comment:

  1. aaaaaa it's sweet dear hehehehe alhamdulilah moga bsa seterusnya hijab jadi penolong dan pmbawa berkah amiin

    ReplyDelete