Tuesday, December 31, 2013

Obat Hati Sakit


Obat Hati Sakit
Oleh. Galuh Fajriyah Galura

31 Desember 2013, 11:58 PM

Sudah seribu kali rasanya Maura menguap. Matanya mengerjap-ngerjap, menahan rasa perih mata yang terasa berair. Meski rasa lelah berdenyut-denyut di sekitar keningnya, begitu juga serupa beban menggelayut manja di lehernya, sambil memandang langit Maura mengurut sedikit bagian belakang lehernya. Secangkir kopi hitam yang baru saja diminumnya, sama sekali tidak terasa pengaruhnya.
Maura melirik jam tangan silver melingkar di tangannya, jarum panjang jam yang berkilau hampir bersatu dengan jarum pendek jam yang duduk menunjuk manis ke angka dua belas. Maura kemudian meluruskan kakinya, terasa rumput yang basah oleh embun menggelitik betisnya yang tidak tertutupi celana capri warna hijau muda sebatas lutut.
Maura menengadahkan kepalanya, menurunkan sedikit posisi badannya, dan bertumpu pada kedua tangannya di belakang tubuhnya. Tidak lama, terdengar suara berdengung diikuti dengan suara letupan dan warna-warni yang membuat rona di pekatnya langit. Inilah yang selalu Maura nantikan...kembang api. ‘Happy New Year, Panca..’, bisik Maura. Merah, kuning, hijau, ungu, membentuk bercak-bercak di langit yang memantul pada sepasang matanya yang ditahannya untuk tidak berkedip, tidak mau ketinggalan satu warna pun, meski udara dingin sedikit menggoyahkannya. Maura menggosok-gosokan kedua telapak tangannya lalu menempelkannya pada pipinya yang dingin. Suara letupan kembang api semakin menjadi-jadi, rona warna-warni semakin lincah beradu di langit pekat. Meski sudah dua puluh tahun lebih menikmati kembang api di pergantian tahun, mata Maura tetap berbinar menatap semburan bunga api yang berwarna-warni.
Suara langkah kaki mengalihkan pendengaran Maura dari gemuruh letupan kembang api. Maura melirik ke jalan setapak guest house yang berada lebih rendah dari pavillion-nya. Sesosok lelaki tinggi, dengan rambut dikucir. Tas kamera tersampir di bahunya. Maura tidak dapat melihat begitu jelas wajahnya, tapi dari perawakannya yang tinggi, Maura yakin lelaki itu adalah bukan orang Indonesia. Maura menyipitkan matanya, berusaha untuk dapat melihat lebih jelas. Bukannya mendapatkan pemandangan lebih jelas, Maura malah melihat lelaki tersebut tidak sengaja menjatuhkan sesuatu ketika sedang mengambil sesuatu dari tas yang menyampir di bahunya. Maura langsung bangkit dari tempatnya duduk. Maura buru-buru melangkah menuruni tangga pavillion-nya. Lelaki tersebut terlihat sudah melewati pavillion-nya dan semakin menjauh. “SIR!!!”, Maura setengah berteriak sambil berlari lebih cepat menuju ke tempat dimana lelaki tersebut menjatuhkan sesuatu.
Maura mendapati sebuah buku kecil, dibaliknya buku tersebut. ‘Passport.’. Maura memungutnya, kemudian berbalik mencari sosok lelaki tersebut. Maura mendapati lelaki tersebut berdiri agak jauh dengan kepalanya menoleh ke arah Maura. Maura menghela nafas, kemudian berlari menuju lelaki tersebut.
“Your... Pass.. port...”, ujar Maura terbata sambil mengatur nafasnya yang tidak beraturan setelah terpaksa melakukan sprint saat tenaganya hanya tersisa untuk berjalan ke tempat tidur.
“Oh.. Terima kasih.”, jari lentik dengan kulit seputih porselen menerima paspor yang diasongkan Maura. Maura mendongakkan kepalanya, keningnya berkerut mendengar kata-kata dalam bahasa Indonesia tapi dilafalkan dengan logat asing. Hidung mancung, bentuk wajah yang tajam, bibir tipis merah muda, sepasang alis yang melengkung tajam menaungi sepasang mata bulat tapi kecil. Semuanya terpatri halus di atas kulit wajah seputih porselen.
“Sama-sama.”, Maura berujar sambil masih meneliti setiap garis dari wajah yang mengingatkannya pada pajangan boneka jepang oleh-oleh dari tantenya. Maura lalu menganggukkan kepalanya hendak pamit.
“Tunggu.”, lagi-lagi kata dalam bahasa Indonesia dengan suara berat dan sedikit kaku, dilafalkan seperti sedang mengulum sesuatu. “Belum kenal.”, senyum mengembang di wajahnya lelaki tersebut.
“Ohh.. Ya. Maura.”, Maura tersenyum kemudian mengasongkan tangan kanannya.
“Hatasaki.”, lelaki tersebut membalas jabat tangan Maura.
“Eh?”, Maura mengerutkan keningnya.
“Hatasaki.”, lelaki tersebut mengulanginya. “Hati sakit.”.
“Hah?”, Maura menahan tawa.
“Hatasaki. Hati sakit, supaya mudah diingat.”.
“Ooohh..”, Maura tertawa. “Jangan. Hati sakit itu tidak enak, Hatasaki.”, Maura menggerakkan tangannya tanda tidak setuju.
Hatasaki menggaruk kepalanya pelan. “Ah ya..”, Hatasaki memasukkan passportnya ke saku tas kameranya, kemudian tangannya merogoh saku yang lainnya mengeluarkan sesuatu berwarna muda berukuran dua kali jari manisnya, lalu memberikannya kepada Maura. “Untuk hati sakit jadi enak.”.
Maura melihat tulisan berwana merah dengan alas putih tercetak diatas bungkusan berwarna merah muda, ditambah serangkaian huruf dalam bahasa jepang di bawahnya. Maura bisa merasakan wafer yang dibalut gula-gula coklat berada di dalam bungkus tersebut. “Terima kasih.”, Maura tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Maura baru menyadari deru kembang api yang meletup-letup sudah berakhir, malam kembali hening dan langit kembali kelam. “Saya pulang ya Hatasaki. Mau tidur.”, Maura memiringkan kepalanya sambil pura-pura bersandar pada kedua tangannya.
“Terima kasih. Sampai bertemu kembali.”.
“Sampai bertemu lagi.”.
***

Maura menyesap secangkir latte panas, menghirup dalam-dalam asap yang mengepulkan aroma kopi. Sweater turtleneck berwarna merah yang dikenakannya masih kecolongan dalam menghalau udara dingin Dago atas di pagi hari. Maura kembali menaruh cangkir kopinya, jemarinya mengelus permukaan cangkir yang hangat. Matanya bergerak naik turun melihat deretan tabel itinerary hari ini.
Jadwal setelah sarapan adalah mengantar para turis ke Rumah Bunga Rizal. Maura mengambil tab lalu mulai melakukan browsing. Beberapa gambar bunga anggrek berwarna-warni muncul di layar tab. Jari Maura memilih sebuah halaman blog yang muncul paling atas.
“Selamat pagi.”. Maura mengalihkan pandangan dari tab-nya dan mendapati Hatasaki dengan sweater berwarna maroon sambil membawa sebuah cangkir dengan asap mengepul.
“Halo, selamat pagi Hatasaki.”, Maura tersenyum.
“Boleh duduk sini?”, Hatasaki menunjuk kursi kosong di depan Maura.
“Boleh. Silakan duduk Hatasaki.”, Maura mengangguk lalu menaruh kembali tab-nya.
Hatasaki duduk lalu menyesap sedikit dari cangkirnya. “Maura sedang sibuk? Saya ganggu kah?”.
Maura menggeleng pelan. “Tidak kok. Saya sedang browsing.”.
Hatasaki melirik kertas itinerary, kemudian mengambilnya dan membacanya. “Ini schedule tur Maura hari ini? Banyak sekali.”.
Maura mengangguk. “Hatasaki hari ini pergi kemana di jadwal tur-nya?”.
“Saya belum tahu mau kemana.”.
“Loh memang guide tour-nya tidak membagikan jadwal?”, kening Maura berkerut.
“Saya pergi sendiri.”, Hatasaki tersenyum.
“Oh.. Saya pikir kamu ikut rombongan perjalanan.”, Maura tersenyum lalu tiba-tiba tangannya menepuk tangan Hatasaki. “Hei, kalau kamu belum tahu mau kemana, kamu ikut rombongan saya saja.”.
Kening Hatasaki berkerut, alisnya yang melengkung dan menukik indah bertaut di tengah. “Saya kan tidak daftar.”.
“Tenang aja Hatasaki, I’m the guide tour.”.
“Kamu guide tour?”, Hatasaki terperangah. “Saya kira kamu turis juga.”.
Maura mengangguk. “Iya, saya guide tour. Hatasaki berlibur sendiri ya? Berani sekali.”.
“Iya saya suka travelling. Saya sedang libur akhir tahun. Saya kerja di Jakarta.”.
“Saya juga suka travelling, kantor perusahaan saya juga di Jakarta, Hatasaki.”.
Guide tour itu adalah pekerjaan yang sughoi.. Keren!”.
***

Maura masih tidak percaya apa yang ada di hadapannya, seorang ekspatriat jepang berbicara dengan bahasa Indonesia yang lancar dibumbui logat jepang menceritakan legenda Gunung Tangkuban Parahu. Meski mungkin tata bahasa Hatasaki masih berantakan, Maura masih kagum dengan kemauan Hatasaki belajar bahasa Indonesia.
Hatasaki menceritakan legenda Sangkuriang yang pernah dibacanya saat berselancar di dunia maya. Pemandangan gunung mirip perahu terbalik yang diselimuti kabut terhampar di hadapan mereka berdua.
“Sangkuriang marah dan hati sakit, perahu ditendangnya sampai terbalik...”.
Maura mengangguk sambil tersenyum, lalu bertepuk tangan. “Hatasaki hebat sekali!”.
Hatasaki mengangguk, lalu menggaruk pelan kepalanya yang tidak gatal. “Terima kasih. Saya selalu senang browsing sebelum travelling. Belajar dan dapat ilmu. Juga foto.”, Hatasaki mengacungkan kameranya. “Travelling juga adalah obat hati sakit saya.”.
“Loh, Hatasaki sedang hati sakit?”, Maura terperangah.
“Tidak. Sudah sembuh.”, Hatasaki tersenyum sambil menepuk-nepuk bagian kiri dadanya dengan tangannya. “Apa yang Maura lakukan kalau hati sakit?”.
“Sama Hatasaki, travelling itu obat hati sakit saya.”, Maura tersenyum. “Tapi travelling juga yang buat hati sakit.”, suara Maura berubah pelan.
***

31 Desember 2011, 11:45
Namanya Panca Indra. Sudah enam bulan aku mengenalnya. Enam bulan yang mengesankan. Enam bulan yang penuh dengan petualangan baru yang belum pernah aku alami. Dari Panca aku mengenal hidup adalah petualangan. Dari Panca aku mengenal hidup adalah sebuah perjalanan, bukan diam di tempat. Enam bulan yang berkesan, dipenuhi warna-warni kehidupan yang begitu hidup. Beberapa gunung yang telah ditaklukan, beragam pasir pantai yang telah dipijak. Semuanya bersama Panca. Panca si lelaki bebas. Kulitnya yang sehat kecoklatan terbakar matahari, rambutnya yang ikal tapi halus dibiarkannya sedikit gondrong,  badannya yang tinggi kurus. Kaus oblong, celana pendek, sendal gunung dan sebuah carrier yang selalu setia menempel di punggungnya.
Setelah resmi menambah gelar di belakang nama kami berdua, Panca berjanji mengajakku melihat kehidupan. Bukan yang manis seperti princess yang duduk manis di istana, tapi katanya yang akan terus terputar di kepalaku dan membuat hatiku berdebar selalu. Jauh lebih manis dibanding cerita princess manapun.
Enam bulan perjalanan itu berpuncak disini. Rinjani. Setelah sebelumnya berjalan kaki tanpa alas kaki menikmati pasir pantai di Lombok. Panca bilang inilah kehidupan, kita menapakinya dari permukaan yang paling bawah untuk akhirnya mencapai puncak.
“Kamu tahu Maura, Rinjani ini adalah puncak tertinggi kedua di Indonesia.”, bisik Panca di telinga Maura.
Maura mengangguk pelan. Maura tahu karena sebelumnya telah melakukan browsing tentang Rinjani yang kini dipijaknya dengan Panca. Menatap kilau langit malam tanah Lombok. Hidungnya terasa dingin, serupa asap keluar dari mulutnya. Jaket tebal dan dekapan Panca menjaga tubuhnya tetap hangat.
“Dan puncak tertinggi pertama yang ingin aku singgahi di awal tahun ini adalah.. Hati kamu Maura..”.
Pipi Maura terasa hangat, rasanya pipinya memerah. Rasa dingin yang menerpa tiba-tiba menghilang. Bibir merah mudanya menyunggingkan senyum.
“Bolehkah aku singgah dan tinggal selamanya di puncak tertinggi itu, Maura?”. Maura mengangguk. Terasa hangatnya nafas Panca menggelitik ruang diantara rambutnya, Maura merasakan Panca mengecup kepalanya.
***

‘Dimana kamu Panca?’.
Maura membuka matanya dan menatap langit-langit kamar. Matanya kemudian berputar mengitari kamar. Maura masih di pavillion-nya. Matanya tertuju pada gorden berwarna biru muda yang terlihat begitu terang berusaha menutupi semburat cahaya matahari. Maura memejamkan matanya lagi sesaat, hari ini adalah hari bebas pada itinerary, termasuk bebas tugas sebagai guide tour baginya. Turis-turis mendapatkan kesempatan untuk bebas memilih ingin pergi kemana, fasilitas mobil dari guest house siap mengantar mereka berkeliling Bandung.
Sebelah tangannya mencari-cari sesuatu di atas nakas yang berada di samping kanan tempat tidurnya. Maura menemukan ponselnya, matanya kembali terbuka untuk mengecek beberapa pesan yang muncul.  

Pengirim: Hatasaki

Mau jalan-jalan?

Rambut ikal Maura dibiarkan tergerai, menjuntai melewati bahunya. Blus motif abstrak dengan tone warna merah bata membalut wajahnya, tidak lupa sebuah coat berwarna hitam yang menutupi hampir seluruh badannya dan syal rajut melingkar di lehernya. Bandung sedang berada dalam suhu yang cukup dingin bagi Maura.
Maura melangkah menuruni tangga dan mendapati Hatasaki berdiri di samping sebuah SUV hitam dengan supir yang telah siap menunggu di dalamnya. Hatasaki dengan turtleneck rajut berwarna hitam yang begitu kontras dengan warna kulitnya, rambutnya yang berwarna burgundi berkilau ditimpa cahaya matahari.
Hatasaki membukakan pintu mobil untuk Maura, lalu kemudian ikut masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah Maura.
“Mau kemana kita Hatasaki?”.
“Mengobati hati sakit. Hari ini Maura jadi turis, saya jadi guide ya.”, Hatasaki tersenyum, sambil menatap Maura. Maura membalasnya dengan sebuah anggukkan.
Mobil mulai berjalan keluar dari pelataran guest house. Mobil melewati jalanan yang berkelok-kelok dengan pemandangan pepohonan yang sudah jarang, tergantikan dengan berbagai bangunan yang memiliki arsitektur yang unik. Beberapa label guest house dan restoran tertera pada bagian depan bangunan-bangunan tersebut. Jalan semakin menurun dan mulai memasuki jalan raya, dimana kendaraan lebih banyak terlihat. Rona semi-metropolitan dari kota Bandung mulai terlihat, meski mungkin tidak seperti Jakarta dimana gedung-gedung pencakar langit jadi pemandangan, tapi keramaian jalanan seperti menarik Maura pada kenyataan setelah sebelumnya terperangkap suasana sepi di area guest house maupun tempat wisata yang meski ramai orang, tetap damai dalam suasana liburan tanpa terburu-buru.
   Mobil melewati kolong jalan layang Pasupati, terus meluncur lalu berhenti di dekat sebuah tempat yang mirip alun-alun. Di samping tempat tersebut banyak terdapat gerobak penjual makanan.
“Ayo kita sarapan dulu Maura.”, Hatasaki turun dari mobil, Maura mengikutinya.
Hatasaki langsung menghampiri salah satu gerobak yang menjual serabi. “Maura mau makan apa, kah?”, Hatasaki menoleh ke arah Maura. “Sama saja dengan Hatasaki.”, Maura tersenyum.
“Serabi oncom itu enak. Saya suka sekali rasanya. Oishii..”, di sela-sela menikmati serabi, Hatasaki nyeletuk. “Nanti kita ke museum ya, Maura.”, Hatasaki mengerling ke arah sebuah bangunan yang tidak jauh dari tempatnya.
Maura mengerutkan keningnya, menahan senyum tapi tetap mengangguk seraya mengunyah makanannya.
***

Museum Geologi Bandung. Maura ingat pertama dan terakhir kalinya dia menginjakkan kaki di museum itu adalah ketika dirinya masih mengenakan seragam putih merah. Rambutnya yang dulu masih pendek berkibar-kibar ketika memasuki gerbang museum. Dulu, rasa penasarannya akan museum itu adalah keinginannya untuk melihat rangka T-Rex secara langsung, mengukur seberapa tinggi T-Rex yang dilihatnya di film Jurassic Park yang berulang kali ditontonnya dengan papa. Entah dengan sekarang, dia hanya menurut ketika Hatasaki membawanya masuk ke dalam museum.
Setelah mengambil booklet museum, Maura dan Hatasaki mulai berkeliling. Melihat-lihat berbagai koleksi museum. Patung-patung dan benda-benda bersejarah yang tersimpan apik di dalam kotak-kotak kaca. Aneka diorama yang mengingatkan Maura pada film Night at Museum, ‘Akankah mereka hidup ketika malam?’ Maura membisikkan imajinasinya kepada Hatasaki, lalu mereka tertawa berdua. Selesai mengelilingi museum, mereka berjalan beriringan hendak keluar dari museum.
“Kamu tahu Maura, kenapa ada museum?”.
“Untuk menyimpan benda bersejarah?”.
Hatasaki menggeleng. “Untuk kembali melihat masa lalu, belajar dan mengobati rasa sakit untuk bersiap menghadapi masa depan.”. Maura menghentikan langkahnya dan menatap Hatasaki.
***

“Saya mau yoghurt special leci. Hatasaki mau apa?”, Maura menuliskan pesanannya pada sebuah kertas buram berukuran kecil.
“Saya yang strawberry yah Maura.”.
Maura mengangguk lalu menuliskannya, setelah memberikan pesanannya, pelayan tersebut memberikan sebuah nomer. Maura dan Hatasaki keluar dari bangunan utama Yoghurt Cisangkuy lalu memilih untuk duduk di luar, pada sebuah meja bundar dengan ditutupi payung besar. Udara yang begitu segar dengan pemandangan pepohonan sayang sekali kalau harus dilewatkan. Sambil menunggu pesanan Maura dan Hatasaki banyak bertukar cerita soal pekerjaan mereka.
“Sebenarnya, saya sengaja jadi guide tour. Berharap dalam salah satu perjalanan yang ada, saya bisa bertemu kembali dengan Panca.”. Maura menghela nafas. “Hampir dua tahun menjadi guide tour dan semua pencarian itu nihil. Terlalu bodoh.”.
Seorang pelayan dengan nampan berisikan dua gelas datang. Pelayan tersebut kemudian menaruh gelas berisikan yoghurt yang terlihat begitu segar dengan bintik-bintik air di permukaan gelasnya. Hatasaki mengambil gelas dengan warna merah mencolok di dalamnya, buah strawberry segar dan sirup berwarna merah di dasar gelas. Tangannya kemudian mengaduk yoghurt, yang berubah menjadi warna merah muda.
“Maura tahu tidak apa persamaan yoghurt dengan hati sakit?”.
Maura mengerutkan keningnya lalu menggeleng.
“Yoghurt itu asam, sedikit menakutkan mendengar cara pembuatannya oleh bakteri. Tapi yoghurt bisa dinikmati dengan enak dan memiliki manfaat baik untuk sehat. Hati sakit juga begitu, rasanya perih, tidak enak. Tapi kalau dinikmati, pasti sembuh dan tidak sakit lagi.”.
***

Artspace? Maura mengerutkan keningnya. Darimana Hatasaki tahu ada artspace di tempat nyempil seperti ini? Maura turun dari mobil melihat sekeliling. Matahari mulai tidak terlalu terik, tapi tetap menyilaukan, udaranya sedikit aneh, panas tapi dingin sehingga Maura memutuskan untuk meninggalkan mantelnya di dalam mobil.
Maura memperhatikan sekitar dari tempat mobil di parkir. Sebuah bangunan utama dengan kaca di sekujur bangunan. Halaman yang dibuat taman dengan patung disana-sini, patung besi dan patung kayu dengan bentuk abstrak penuh makna.
Hatasaki merangkul Maura dan mengajaknya masuk ke dalam bangunan utama. Mereka masuk ke dalam ruangan dengan aneka foto dengan gambar-gambar yang menurut Maura aneh. Melihat-lihat seisi ruangan berbagai karya seni yang dipajang, merasa clueless. Dalam hati Maura hanya berkata itu semua bagus, Maura tidak bisa mencerna setiap detail dari karya seni yang dilihatnya. Jangankan mencerna, mengetahui jenis aliran karya seni tersebut apa, maura tidak tahu.
Artwork itu seperti perasaan. Hanya yang membuatnya yang tahu apa maknanya.”.
Maura hanya mengangguk. Hatasaki membawanya keluar dari ruangan tersebut, menaiki sebuah tangga ke lantai dua. Sebuah restoran dengan dipenuhi cahaya matahari. Hatasaki membawa Maura ke bagian balkon restoran dengan kursi-kursi besi dan meja bundar. Mereka berdua duduk di salah satu meja, kemudian seorang pelayan menghampiri. Mereka berdua mulai memesan makanan.

“Hanya nggak paham kenapa Panca meninggalkan saya tanpa alasan. Pergi tanpa kabar sama sekali. Apa yang salah?”.
“Hanya Panca yang tahu Maura. Sama seperti melihat artwork tadi, hanya pembuatnya yang tahu maknanya. Kita cukup menikmatinya, boleh jadi menerkanya, tapi tidak boleh terlalu larut di dalamnya. Larut di dalam tidak mengerti. Membuang waktu, melepaskan apa yang seharusnya kita mengerti dan dapat kita nikmati. Kamu punya banyak perjalanan indah yang seharusnya kamu nikmati Maura. Kamu telah rugi dua tahun.”.
“Hatasaki...”.

Hatasaki kemudian bangkit dari kursinya, tangannya menarik pelan tangan Maura. Membawa Maura ke sisi lain bangunan. Mereka berdua berdiri di pintu yang menyambung kepada sebuah jembatan kayu. Maura mengenali jembatan itu sebagai dermaga langit Lawang Wangi Artspace, dari foto yang di-share pada social media temannya. Hatasaki membawa Maura meniti jembatan tersebut sampai berada di ujung jembatan yang berukuran lebih lebar. Semburat cahaya matahari sore membuat pemandangan pepohonan di sekitar artspace semakin indah. Hatasaki membawa Maura ke salah satu sudut jembatan yang menghadap ke hamparan pemandangan pepohonan dan bangunan yang lebih rendah.

“Maura, Bandung adalah dataran rendah yang dikelilingi pegunungan. Anggap saja ini titik paling rendah, titik awal dimana kamu akan memulai kembali.”, Hatasaki memegang bahu Maura dan meremasnya pelan. “Selamat datang di kehidupan yang baru, Maura. Selamat, hati sakit kamu sudah sembuh.”, Hatasaki tersenyum. Mata Maura berbinar, tersenyum dengan hati berdebar melihat matahari yang mulai tenggelam. Maura berbalik lalu langsung memeluk Hatasaki dan berbisik. “Terima kasih Hatasaki.”. 

 

Monday, December 30, 2013

Never wrong with always being little nice girl..

When someone is rude, keep a smile on your face. When you stay on the high road & keep your joy, you take away their power. - Joel Osteen

Proyo, homemade premium frozen yoghurt

30 December 2013,

Lama nggak bersentuhan sama event kuliner di Bandung, maupun hunt kuliner terbaru di Bandung -always my most lovable city-, nggak sengaja kepo dari twitternya temen yang lagi ngidam. Apaan sih Proyo? Ternyata frozen yoghurt! Lucu namanya, plesetan dari fro-yo yang merupakan singkatan dari frozen yoghurt. 
Pas pertama kali cari di The Dream's Cake Trunojoyo, eh Proyo-nya abis. Pas kebeneran kemarin ke Trunojoyo lagi, pas lagi ada Proyo-nya, tapi sayang cuma ada dua rasa, Green Tea sama Pinky Lovely Banana. 
Frozen yoghurt yang sempet hip banget, dulu biasa kita dapet dari franchise yang ada di mall, dan biasanya langsung makan di tempat. Nah, Proyo yang dikemas pake jar plastik jadi lebih praktis untuk dibawa kemana aja. :D Selain itu, jenis rasa dari Proyo beda dengan yang ada di mall-mall itu, makin bikin penasaran kan? ;)
Proyo, homemade premium frozen yoghurt
Pinky Lovely Banana Frozen Yoghurt a la Proyo
Green Tea Frozen Yoghurt a la Proyo
Frozen yoghurt yang merupakan olahan turunan dari yoghurt, jadi cara baru untuk menikmati yoghurt. Teksturnya yang mirip es krim, bikin frozen yoghurt punya lebih banyak penggemar, dibanding yoghurt biasa. Rasanya? Asam dan segar! :D Meski creamy tapi rasa segernya itu yang bikin seru. Meletup-letup di lidah. :p
Lalu Proyo bagaimana rasanya? Enak! Seperti dibilang sebelumnya, karena Proyo punya jenis rasa yang beda, itu bikin nilai pleus tersendiri. ;)
Proyo rasa green tea, itu rasa asam yoghurt terus ada aroma sama rasa teh hijau, eh ditengah-tengah ada cookie crumbs yang manis. Buat penyuka rasa konvensional, lebih baik jangan coba yang ini sih, better to choose yang rasa buah.
Proyo rasa pinky lovely banana, asam yoghurt terus aroma dan pisang yang kerasa manis di lidah. Pleus ada choco chip-nya. Enak! :9 Weits, tapi ada yang sedikit aneh, lama-lama kok malah ada kayak rasa pahit ya di lidah?

Well, penasaran sama Proyo yang rasa lainnya..

Have a try!
Alhamdulillah so happy tummy!

XOXOXO,
Galuh Fajriyah Galura 

Risol isi Durian featuring Vanilla Ice Cream a la Belah Doeren

30 December 2013,

Entah kenapa belakangan ini kepikiran Belah Doeren melulu, jadinya tiap pulang ke Bandung, pikirannya pengen kesitu ajaaahh.. :P
Well, setelah selalu kepincut sama Durian Pancake sama Durian Saus Vanilla-nya, sekarang giliran nyoba yang versi gorengnya. Deg-degan banget nyobanya. :p Pernah zonk, waktu nyoba risol durian di tempat lain.

Dan inilah dia, penampilan si Durian Goreng feat Vanilla Ice Cream a la Belah Doeren..
Durian goreng feat Vanilla Ice Cream a la Belah Doeren
 Unyu-unyu dan bikin penasaran kan? Kayak risol, tapi versi manis. Buah durian asli yang diisiin ke dalem kulit risol, dibalur tepung panir, lalu digoreng. Dikasih es krim vanilla diatasnya, lalu dikasih tambahn topping saus coklat. Ngiler nggak?
Look at that goldy and sweet look..! Where's the Durian hide??
Okay, dug dug ser nih mau nyendoknya. Dan finally... ENAAAAAKKKKK!!!!!!! Risol durian yang masih anget sama vanilla ice cream dingin pleus saus coklat nge-mix dengan begitu indahnya lumer di mulut. Seru banget deh rasanya. Buah duriannya yang asli juga begitu mengambil hati. :p But anyway, sedikit saran mungkin kalau kulit risolnya dikasih gula lagi sedikit kayanya makin oke. Agak kurang unyu rasanya waktu es krimnya habis. :D
Durian asli di dalem risol durian goreng a la Belah Doeren :9
 And anyway, this one you really must try!

Alhamdulillah, so happy tummy!

XOXOXO,
Galuh Fajriyah Galura

Calm me down..

30 December,

Bandung's weather, culinary twists, perfect combination for chill..
And totally calm me down..

Calm me down..
Outfit of the day:

Feroce Salmon Scarf (Such by Suci Utami)
Peach Sheer Shirt
Giraffe Pants
Pinky Diamonds Shoes (Adorable Project Indonesia)
Black Kitty Tote Bag (Adorable Project Indonesia)

A congratulate to newly-stitched-couple.. :p

Happy jadian! :D
Meski telat, yaudah deh..
Haha..

Pada intinya semoga yang terbaik buat satu sama lain..
Semoga kunci yang pas buat membuka kebahagiaan dunia akhirat yaa.. amiiin

Ami & Indra (in lope lope lope lope...)

XOXOXO,
Galuh Fajriyah Galura

Temu kangen.. (re: makan-makan)

29 December 2013,

Finally, setelah pergolakan yang cukup alot buat nentuin waktu ketemuan, akhirnya ada kesempatan juga buat ketemuan. :D
Basically tukang makan, yah jadi isi acara ketemunya selain ngobrol yah makan ajah melulu teterusan. :p
Start with sushi, dessert duren, sampe ke cemilan a la jepang, semuanya kejabanin meski sedang dalam waktu yang cukup singkat. XD
Terima kasih banyak loh semuanya.
Meski cuma sebentar, terobati kerinduan ini akan rasanya kembali jadi bocah. :p
Miss you already!

Riri-Me-Ami-Pacar Ami taking picture in front of The Dream's Cake Trunojoyo, pict was captured by Athin, thank you! :*
Ami-Riri-Me
I'm gonna miss those silly faces!

Can't wait for next temu kangen...

XOXOXO,
Galuh Fajriyah Galura

Sunday, December 29, 2013

What is the meaning of love?

29 December 2013,

Okay, melihat judul diatas bukan berarti menandakan aku sedang berada dalam kondisi galau. Hampir tengah malam dapet telpon dari teman yang lagi galau, gimana nggak bikin galau coba? No, I'm just kidding! Well, sebelum pembicaraan ditutup, doi share sesuatu dari socmed, tentang meaning of love dari beberapa pandangan anak kecil. Jawab beragam, polos, dan lucu-lucu. But how about our answer?

Apa sih cinta itu?
What is the meaning of love?
Sebuah perasaan menggebu untuk memiliki apa yang menarik dari mata jatuh ke hati?
Sebuah perasaan yang membuat setiap sel dalam tubuh ini tiba-tiba jadi tidak menentu?
Sebuah perasaan yang membuat hati ini mendesir, even hanya melihat sesuatu yang sebenernya nggak menjuru-menjurus amat ke sesuatu itu?
Sebuah perasaan yang perlu ditunjukkan dalam berbagai cara?
Sebuah perasaan salah satu bagian dari emosi?
Sebuah perasaan yang sehangat musim panas, semesra musim dingin, seceria musim semi dan sehalus musim gugur?

Okay semakin menjadi-jadi rasanya. Karena sulit untuk dideskripsikan dengan kata apapun. Kayak lagi bikin popcorn pake microwave, terdengar bunyi meletup-letup, tapi nggak kelihatan di dalemnya kayak apa. Love made us more talkative. Seriously. Even to the most unimportant thing. Rasanya setiap sel dari dalam tubuh bergerak lebih cepat. Pipi memerah, seluruh permukaan kulit terasa lebih hangat, sebuah kurva manis sering terbentuk tidak sengaja. Apakah seperti itu? Yang namanya cinta?

Tapi. Saking banyaknya interpretasi tentang cinta. Malah bikin bingung. Nggak tahu apa itu cinta. Semua yang terasa disama-ratakan, dibilang cinta. 
Datang dan pergi, muncul dan hilang, apa itu cinta?

Cinta itu kado terindah dari Allah. Sebuah perasaan terindah.
Bersyukur untuk bisa merasakan cinta, tapi bukan berarti jadi nelangsa. Cinta itu bikin bahagia. Kalau sengsara itu bukan cinta rasanya..

So, what is the meaning of love?

XOXOXO,
Galuh Fajriyah Galura

Wednesday, December 25, 2013

Dunia Mara by Sitta Karina

25 December 2013,

Has just finished read Dunia Mara by Sitta Karina on this holiday! Yaiy! :)
Yep, Dunia Mara adalah buku terbaru dari Sitta Karina dan juga kisah terbaru dari keluarga Hanafiah yang sudah lama dinanti-nanti. :D Finally, setelah lama menanti akhirnya pertengahan Desember kemarin buku itu mendarat mulus sampe di rumah. Lucky me, aku kebagian cetakan pertama yang disertai tanda tangan kak Sitta Karina. :D
Dunia Mara menceritakan tentang Asmaradana Syadiran -seorang gadis yatim piatu yang memiliki dua hobi yang saling bertolak belakang, bela diri dan merangkai bunga. Mara dididik oleh ibu Wita untuk mempunyai hidup normal, lulus-bekerja-dan menikah. Tapi Mara memiliki rasa penasaran yang tinggi, ditambah cita-citanya untuk mengembangkan hobinya merangkai bunga menjadi sebuah bisnis, bertolak belakang dengan keinginan ibu.
Kehidupan Mara yang lurus-lurus aja mulai berubah ketika pacarnya, Arka, yang tiba-tiba menghilang. Kemudian tawaran menjadi seorang brand ambassador dari salah satu bisnis besar keluarga Hanafiah, Shailendra Hotel. Mara yang menyimpan inner beauty yang ternyata menarik perhatian lebih dari Moreno Hanafiah -Hanafiah yang terkenal akan kemampuannya bernegosiasi sekaligus playboy-. Ditambah lagi pertemuannya dengan Rig -lelaki misterius berkebangsaan Norwegia yang ditemuinya tanpa sengaja-. Mara yang awalnya penasaran akan Arka yang tiba-tiba menghilang, butuh penjelasan dari Arka, mengapa Arka tiba-tiba meninggalkannya. Mara yang kalut akhirnya memutuskan sebuah runaway trip ke Bangkok, yang ternyata malah mendekatkannya ke dalam bahaya besar. Arka yang selama ini mendampinginya, ternyata tidak seperti yang selama ini dikenalnya. Arka malah menculiknya dan bahkan akan menjualnya pada seorang jetset di Thailand. Selama diculik, sedikit-sedikit Mara mulai mengetahui masa lalunya. Mara ternyata bukan anak dari keturunan Syadiran, melainkan diadopsi oleh keluarga Syadiran. Ditengah keputus-asaan Mara yang ingin membebaskan diri dari Arka, Rig dan Reno berupaya untuk menyelamatkan Mara. Kedatangan Rig saat menyelamatkan Mara, malah membawa Rig ikut disekap. Mendapatkan moment berdua dengan Rig, Mara semakin mengetahui siapa dirinya. Pada detik-detik paling bahaya di hidupnya, Mara mengetahui bahwa Mara memiliki suatu kekuatan yang tidak disadarinya.

Dunia Mara memang alurnya typically khas-nya kak Sitta Karina, tapi tetep seru kok. :) Muatan ceritanya berbeda, latar tempatnya juga berbeda. Cuma sayang banget, bukunya terlalu tipis kalau dibandingkan sama buku cerita Hanafiah lainnya, jadi alurnya terkesan nanggung, pleus agak kurang banyak pengetahuan yang bisa didapet, detail ceritanya juga jadi kurang banyak. :) But thanks anyway kak Sitta Karina, for the inspiration Mara's character, strong, calm, but yet girly and passionate.

Well, ciri khas dari kak Sitta Karina itu selalu menonjolkan sosok tokoh wanita yang kuat, mandiri, dengan hobi dan passion yang unik. Plain girl, tapi punya inner beauty yang mampu menarik hati banyak pria. Karya kak Sitta nggak sembarang kayak teenlit biasanya, alur cerita yang seru, ditambah lagi banyak pengetahuan mengenai kebudayaan maupun negara lain. Meski typically tentang percintaan, tapi kak Sitta mampu membangkitkan suasana dengan campuran petualangan yang menantang bahaya. Yang paling aku suka dari karya kak Sitta Karina, beliau menciptakan setting-nya sendiri, menciptakan dunianya sendiri di setiap novelnya yang pasti seru untuk diimajinasikan. Coba baca juga karyanya yang lain deh; Imaji Terindah, Lukisan Hujan, Pesan dari Bintang, Titanium, Rumah Cokelat, dan lainnya. Overall, my favorite are Pesan dari Bintang dan Titanium. :)

Only dead fish go with the flow - Dunia Mara

Happy reading!

XOXOXO,
Galuh Fajriyah Galura

Sunday, December 22, 2013

Duren Berendam (Durian Sauce Vanilla) a la Belah Doeren

22 December 2013,

Sebetulnya udah lama banget nyobain si Duren Sauce Vanilla ini sekitar awal tahun, cuma baru sempet kesana lagi (saking ngidamnya). Dengan konsep jongko yang mengusung aneka olahan duren yang kreatif banget, Belah Doeren mampu membelah hati para pecinta buah duren. Menunya selain pancake durian yang emang lagi hip, ditambah lagi ada duren bakar, duren goreng, dan yang paling bikin aku jatuh cinta itu ya si duren sauce vanilla ini. Buah durian yang punya rasa khas manis sama sedikit kecut tapi teksturnya creamy, ditambah sama tape ketan hitam, lalu dilengkapi dengan sempurna pake kuah vanilla yang creamy tapi nggak terlalu manis, well.. I think I see heaven! Buah durian yang dipake juga dengan kualitas yang bagus, nggak asal. Aslinya enak banget! Bikin merem melek.. :p
Durian Sauce Vanilla a la Belah Doeren
Belum pernah coba? Buruan dateng ke Jalan Trunojoyo Bandung deh (lokasinya deket distro cosmic), atau bisa juga loh delivery! ;)

Have a fun with your Belah Doeren time! ;)
Have a try!

XOXOXO,
Galuh Fajriyah Galura

New Style Ice Cream Sandwiches by Scoop Bar

22 December 2013,

Posting ini deatil dari post taste hunting di taste market, well, ini salah satu booth yang bikin penasaran. Rame banget sama yang ngantri. Belum lagi orang yang seliweran bawa cup warna hitam yang di dalemnya ada sesuatu yang menarik hati. :D
Black cup of Scoop Bar made me so curious
This is it! Ice cream sandwiches by Scoop Bar, with new style! Kenapa dibilang new style? Karena selama ini yang banyak tersedia dimana-mana itu ice cream sandwiches dengan pakai roti atau cake sebagai pembungkus ice cream-nya. Nah kalau di Scoop Bar ini, kita bakal nemu aneka homemade cookies yang bikin galau untuk milih yang mana karena pilihannya banyak banget! 
New Style Ice Cream Sandwiches by Scoop Bar
Yes, dari mulai cookies dari oat, redvelvet, sampai ke greentea pun ada. Nggak kalah bikin bingung adalah pilihan ice cream-nya yang juga sama-sama banyak. Dari merhatiin orang dan ternyata yang paling cepet abis itu yang varian matcha alias greentea. Berhubung lagi ga pengen greentea, akhirnya pilih ice cream cookies and cream. Buat cookies-nya, ternyata boleh campur rasanya nggak harus sama dua-duanya. Akhirnya pilih cinnamon oat cookies dan original cookies.
Cinnamon Oat Cookies + Original Cookies + Cookies and Cream Ice Cream by Scoop Bar
Tebak rasanya gimana?
Pertama iseng potek cookies-nya dulu, penasaran sama cookies yang rasa cinnamon. Enak! Terus colek-colek ice cream-nya, enak juga! Dan akhirnya digigit langsung deh si ice cream sandwich ini. Enaknya double! Cookiesnya crunchy plus chewy dimulut, ice cream-nya ces banget di lidah.
A must try dessert!
Gigit langsung barenan cookies sama ice creamnya deh.. ;)


Asli ini enak banget dan unik. Sayangnya masih berlokasi di Jakarta aja, semoga soon bisa merambah Bandung yaa ;)

Have a try!
Alhamdulillah so happy tummy!

XOXOXO,
Galuh Fajriyah Galura