Tulisan ini nggak
bermaksud untuk menggurui, apalagi sok menceramahi loh.. Tulisan ini cuma
berdasarkan pengalaman dan berbagai pikiran yang pernah melintas di pikiran
saya. I share them, semoga
bermanfaat.. Moreover, semoga bisa
menjadi inspirasi bagi yang masih galau.. :)
Pakai hijab itu
wajib dalam Islam. Ya. Semua juga tahu. Sudah dari dulu tahu. Tapi mungkin
karena negara kita multikultural, minoritas yang pakai hijab, menjadikan
pemikiran kalau hijab itu sebuah pilihan. Berbeda dengan negara-negara islam
yang emang dari kecil pun anak-anak perempuan sudah dibiasakan berhijab.
A thought..
Dulu pernah terpikir
untuk memakai hijab setelah menikah. My
mom used it, when I was at Junior High School. Dulu terpikir, nanti setelah
menyelesaikan kuliah, kemudian bekerja, dan kemudian setelah menikah. Pasti
teman-teman juga banyak yang berpikiran seperti itu juga. :)
Setelah hampir graduate dari SMA, my daddy said to wear it when I enter college. But, I hadn’t ready for
it. Masih dengan pemikiran nanti setelah menikah.
Masuk ke dunia
perkuliahan, dimana 50% mahasiswi sudah berhijab. I still. Masih dengan pemikiran nanti setelah menikah. Time after
time, si 50% itu mulai meningkat jadi 75%. Gerah. Yes.. Saya belum nih.
Setelah itu, muncul
suatu pemikiran baru. Suatu alasan yang paling umum banget. Dan pasti familiar
sekali. Hijabin dulu hatinya, nanti baru
luarnya. Rasanya belum sebaik itu untuk berhijab. Nanti takut kelakuannya nggak
sesuai sama hijabnya. Yap, sadar atau nggak pemikiran itu terlontar ketika
lagi bareng sama sesama yang belum berhijab. Berbagai judgement dan statement
yang keluar ketika memperhatikan orang yang sudah berhijab melakukan hal yang
mungkin menurut orang yang belum berhijab itu nggak sesuai untuk dilakuin orang
berhijab.
An answer..
Berbagai kegalauan
dan pergolakan batin yang pernah terjadi itu, satu persatu memunculkan jawaban.
Dan lucunya, semuanya terjawab dengan logika nggak cuma sebatas perasaan
begini-begitu.
Sadar atau nggak, lingkungan
berpengaruh besar buat psikologis seseorang. Termasuk lingkungan orang berhijab
dan yang belum berhijab. Orang yang belum berhijab kalau bergaul dengan
orang-orang yang telah berhijab, hal itu mempercepat waktu ‘kapan’ mengenakan hijab. Keluarga yang mayoritas sudah berhijab, teman-teman
sepergaulan yang sudah berhijab, itu juga jadi faktor penentu waktu. Karena
ketika bergaul sama orang yang belum berhijab, pemikiran yang dibentuk juga
sama, nanti kalau sudah siap, dan berjuta
alasan lainnya yang dimasukkan ke dalam pembenaran atas apa yang belum
dilaksanakan. Yes, I admit them.
Saya juga sempat mengalami hal itu juga kok. :)
Bagaimana dengan
penilaian kurang baik terhadap perilaku kurang baik dari orang yang sudah
berhijab? Then I got the answer. Sebuah
kutipan, tapi saya lupa sumbernya. Sebuah jawaban bahwa hijab dan penilaian
perilaku seseorang itu dua makhluk yang berbeda. Mengenakan hijab itu adalah
sebuah kewajiban, perintah dari Allah SWT. Sedangkan perilaku seseorang itu
adalah sebuah pilihan. Sebuah pilihan seseorang mau jadi baik atau buruk. Lalu
ada pemikiran lanjutan. Nanti saja kalau sudah berhijab hatinya. Memangnya kita
mau sesempurna apa? Kita manusia yang memang diciptakan oleh Allah sempurna,
tapi kita juga bukan malaikat yang luput dari dosa. Dan kalau mengenakan hijab
itu harus berlabel ‘baik’ alias harus berkelakuan baik, menjaga lisan, dan
rajin beribadah. Berarti dengan kata lain, kalau kita menunda untuk berhijab,
berarti kita menunda diri kita untuk berubah jadi baik? Singkat kata, menunda
berhijab sama dengan menunda kebaikan.
Mengenai ketakutan
mendapatkan pekerjaan setelah berhijab. Rasanya pemikiran itu terlalu bodoh dan
picik. Disitu berarti kita meragukan kekuatan Allah SWT. Mungkin ya, beberapa
perusahaan besar banyak yang menolak untuk mempekerjakan orang berhijab. Tapi, we’ve seen now.. Banyak para wanita
berhijab yang sukses. Semuanya juga berdasarkan atas kemauan, kemauan untuk
bekerja keras dan keinginan meningkatkan kemampuan diri sendiri. Bukan karena
hijabnya. Kalaupun sulit menjadi pegawai dengan alasan seperti itu, kenapa
nggak jadi entrepreneur aja? ;) Kalau
kata pepatah banyak jalan ke Roma, apalagi untuk mencari rezeki asalkan dengan
cara yang baik dan Halal, Insya Allah, Allah
always there. Dan setelah memperhatikan banyak orang rasanya orang yang
berhijab, orang yang berkeluarga, orang yang akan memiliki anak, dikasih rezeki
lebih sama Allah, in His own way..
Kapan? Itu satu kata
puncak dari semua kegalauan itu. Nanti. Nanti kapan? Ketika kita punya
keinginan untuk sesuatu, kita harus punya limit
of time. Target waktu. Kalau nggak ditarget, rasanya entah kapan bakalan
kesampaian. Pengen punya mobil, nggak ditarget kapan dan tanpa adanya usaha,
rasanya cuma angan-angan belaka. Hanya keinginan. Target. Kapan? Memang kita
tahu dikasih umur sama Allah sampai kapan? Kalau besok sudah ditakdirkan
menghadap Allah? Ketika kita belum berhijab? Hmmm... Ya.. Kenapa harus
ditunda..
After Hijab..
Setelah 3 bulan,
Alhamdulillah.. Rasanya banyak kenikmatan yang disadari maupun nggak disadari
dikasih sama Allah. Orang-orang, khususnya cowok jadi lebih respect. Kalau dulu
digoda-godain atau disuit-suit, sekarang disalamin Assalamualaikum,
Assalamualaikum kan doa selamat buat kita.. :) Insya Allah beribadah juga jadi
lebih rajin, masa udah berhijab sholatnya nggak rajin dan dientar-entar? Tapi
tetap dengan niatan karena Allah tentunya. Mengenai si berkelakuan baik, yes,
jadi lebih menjaga kelakuan. Bahkan rasanya mau ngambek-ngambek pun jadi nggak
jadi.. Hehe..
Jangan sampai
menodai hijab yang dikenakan, supaya bisa menginspirasi teman-teman yang belum.
Eits, tapi bukan berarti jadinya sok suci atau merasa lebih, bergaul dan
berbaur tetap, encourage, enrichment dan enlighten temen-temen yang belum supaya terinspirasi untuk
mengenakan, bukan malah menceramahi, mencemooh seolah paling suci, apalagi
menjauhi, rasanya kalau begitu penolakan yang terjadi malah semakin kuat.
Ceritakan apa yang dialami, bukan mendikte hal-hal dengan kata harus. Seiring
dengan waktu, seperti batu yang tertetesi air terus menerus bisa berubah
menjadi cekung, tertetesi bukan ditetesi. :)
Saya juga masih
belajar kok. Belajar untuk jadi manusia yang lebih baik lagi. Baik terhadap
sesama, baik terhadap Sang Pencipta. Semoga kita masuk ke dalam golongan
kesayangan-Nya yang terbaik.. Amin Yaa Rabb.. :)
20 December 2012,
Galuh Fajriyah
Galura