Friday, November 16, 2012

Goodbye, Prince..

Namaku Katarina Amora. Percaya atau nggak, nama itu dikasih mama karena beliau begitu giat mantengin telenovela. I’m a graphic designer at Wedding Bells magazine. Sometimes I do some wedding review. Dan aku juga merupakan salah satu cake decorator di FairyCake, the most professional and elegant cakery in town. Jadi cake decorator, nggak lepas juga dari yang namanya wedding cake. Semua hal yang berhubungan dengan wedding ini juga bukan suatu kebetulan, since I was a little kid I love to do a daydreaming about my wedding day, dan ini semua akibat mama yang selalu memperdengarkan wedding march ketika aku masih di dalam kandungan. Last but not least, I am Kimora, my dream wedding: Love in London.

Wedding Bells yang nggak jauh dari FairyCake membuat Kimora begitu getol mampir ke FairyCake. Seperti sore itu, ketika semburat warna kemerahan sang mentari yang siap-siap bersembunyi. Kimora berjalan pelan sambil sesekali melirik ke arah jalanan yang mulai ramai oleh kendaraan orang-orang yang pulang kantor. Sesaat langkahnya terhenti ketika matanya menangkap suatu pemandangan, seseorang.. Is that you?
Sesaat Kimora terdiam memandangi sebuah mobil, sampai mobil itu hilang dari pandangan. Wajah itu.. Berbagai frame mengenai dream wedding love in london kembali terngiang di kepalanya. Agak lama Kimora terdiam sampai suara sebuah wind chime membuyarkan lamunannya. Masih setengah sadar Kimora lalu memasuki FairyCake.
Oh.. Hello dahling.. Come take a seat..”, tante Frey menyambutku sambil menepuk-nepuk sebuah kursi di sebelahnya. Sebelah tangannya memegang beberapa kertas dan di hadapannya duduk seorang klien wanita.
Kimora menghampiri tantenya, kemudian mencium pipinya. “Hello Auntie..”.
Setelah duduk  di samping tante Frey, tante Frey melanjutkan sesi introduksi Kimora kepada klien nya ini. “Nah, keponakanku tersayang ini merupakan the best cake decorator yang FairyCake punya..”. Kimora  cuma bisa mesem-mesem mendengar kalimat promosi mengalir dari mulut tante Frey. “So, you’re so lucky Dear.. Kebetulan bisa bertemu langsung dengan our lovely cake decorator, jadi kamu bisa ngobrol langsung dengannya..”, tante Frey mengerling ke arah kliennya yang masih stay cool malu-malu kucing.
So lucky I guess, hello my name is Hanna..”, wanita itu tersenyum kemudian mengasongkan tangannya ke arah Kimora. Kimora sekilas memperhatikan wanita itu, sepertinya umurnya tidak jauh dari umurnya, namun satin dress berwarna biru muda dengan dibalut tweed jacket hitam putih motif houndstooth membuatnya terlihat lebih dewasa.
Kimora membalas senyum tersebut, kemudian membalas salam tersebut, “Kimora. FairyCake’s cake decorator!” sahut Kimora dengan riang yang mengundang tawa dari Frey.
“Kimora?”, wanita bernama Hanna itu mengerutkan dahinya sambil menatap cangkir teh nya, kemudian matanya berbinar “Last but not least, I am Kimora, my wedding dream: Love in London. Is that you??” iris mata Hanna yang berwarna coklat muda terlihat semakin membesar.
“Iya.. Aku graphic designer dan kadang-kadang jadi wedding reviewer di Wedding Bells..”, Kimora nyengir menjelaskan pekerjaannya.
Oh My God! Aku benar-benar lucky rasanya! Kamu tahu, my wedding concept is Romantic London.. Dan thanks God, aku rasa aku bertemu orang yang tepat!”, Hanna tampak sangat berapi-api dan bersemangat sekali dalam mengucapkan rentetan kalimat tersebut.
Wow! What a coincidence! Mimi, aku minta satu earl grey ya..”, sahut Kimora. Kimora lalu mengeluarkan tablet, lalu kembali menghadap ke arah Hanna, “Okay.. Let’s we start..”.
Tiga jam acara ngobrol seru antara Kimora dan Hanna sangat nggak kerasa. Rasanya Kimora menemukan soulmate baru. Terlebih lagi impian mereka yang hampir sama tentang dream wedding yang sama-sama mengekspos keindahan London. Rasanya Kimora belum pernah bersemangat seperti ini menghadapi klien dari FairyCake. Setiap detail yang diceritakan Hanna, dari mulai ketika pertemuan Hanna dengan tunangannya, bagaimana mereka jatuh cinta di kota London, sebuah kencan seharian dan adegan ‘the proposal’ yang berlangsung ketika mereka naik London Eye. Sesampainya di rumah, Kimora buru-buru masuk kamar -sampai lupa melepas knee boots coklatnya-. Kimora berhenti di hadapan lemari, berjinjit sedikit kemudian mengambil sebuah kotak berwarna abu, dibukanya kotak tersebut diantara barang-barang yang berada di dalam kotak tersebut, sebuah diary berwarna Blue Benhur berada paling atas. Kimora lalu terduduk di lantai kamarnya, tangannya menyentuh dairy tersebut kemudian mengeluarkannya.
“Katarina Amora’s Dream Wedding”, jemari Kimora menyentuh cover dengan tulisan perak dan sebuah karikatur sepasang pengantin yang tersenyum bahagia. Kimora mulai membuka halaman demi halaman diary-nya. Halaman awal berisi foto-foto Kimora kecil yang tengah bermain wedding, kain-kain mama bahkan kelambu dijadikan hair piece a la wedding. Kimora yang mulai bisa menulis mulai menuliskan banyak hal mengenai dream wedding-nya. Ada beberapa foto ketika Kimora ada di berbagai pernikahan. Foto-foto di suatu pernikahan dan ada komentar-komentar dari Kimora. Kimora tersenyum kecil membaca setiap komentar yang ditulisnya. ‘Ternyata memang sudah bakat..’. Tangan Kimora berhenti di halaman yang memajang sebuah foto, foto Kimora ketika menjadi bridesmaid dengan dress one shoulder warna kuning pucat dengan rok menyerupai bentuk kuncup bunga peony. Sebuah mini hand bouquet mawar putih tergenggam manis di tangannya. Lengkung senyum itu sempurna, sepasang dengan lengkung senyum seorang pria yang berdiri tegak di sebelahnya dengan tux warna abu. ‘At Andrea’s wedding.. On our way to our own wedding.. K & A’. Kimora terdiam, it’s been a long time, isn’t it?  

Kimora berjalan tergesa-gesa dari Wedding Bells menuju ke Caffemine, sebuah cafe kecil yang terletak tepat di sebrang kantor Wedding Bells. Kimora mengatur nafasnya kemudian memasuki cafe tersebut, matanya menatap liar kesana kemari tanpa memperhatikan seorang pelayan yang mempersilakannya. Matanya tertumbuk pada seorang wanita dengan sundress floral tengah melambaikan tangan kepadanya. “Thanks Mbak, aku udah ada temen..”, Kimora tersenyum kemudian menghampiri Hanna.
“Sorry yah Mbak Hanna, aku kelamaan. Udah lama nunggu yah?”, Kimora sedikit melirik ke cangkir di hadapan Hanna yang hampir kosong.
No prob Kim.. Maaf yah aku mengganggu kamu. Anyway even I’m older 3 years than you, just Hanna please.. Kamu pesan dulu yah..”, Hanna tersenyum kemudian memanggil seorang pelayan.
“Okay, Hanna..”, Kimora kemudian memesan caramel machiato favorite-nya dan seporsi sampler menu favorit di cafe ini.
“Kim, I’m sorry if I was disturbed you.. Dua bulan disini sama sekali nggak menghasilkan apapun, kecuali tempat dan FairyCake. Memborong hampir semua wedding magazine juga rasanya no use. I’m still confused.. I really messed myself while I know I can’t held my wedding in London.”, Hanna menghela nafas, terlihat begitu frustasi. Hanna membuka tasnya kemudian mengeluarkan sebuah diary dan menaruhnya di meja. “Aku menuliskan setiap detail my dream wedding disini. Far away before I met this guy.. Sebagai penerus perusahaan daddy, aku terlalu sibuk mempelajari banyak hal, sampai aku melupakan ini, bahkan lupa cara daydreaming. After I met this guy, and ready to marry, aku kembali teringat sama mimpi-mimpi kecilku. To be marry in London. Every little things, dari mulai tempat, gown, cake, decor, music, even the hand bouquet I’ve listed every choosen place in London.” Jemari lentik Hanna mengelus perlahan diary berwarna peach tersebut. “Dan ketika menyadari hal bahwa I should –must married in Jakarta, I felt horrible. Bukan masalah prestisius, sombong atau semacamnya. Tapi rasanya sakit hal yang sudah diimpikan malah hanya benar-benar mimpi. Then he gave me this idea, bring London to Jakarta.. Sorry for being this cheesy..”, Hanna mengusap bulir air mata yang jatuh di pipinya.
It’s okay Hanna.. Every women deadly want a pewrfect wedding! Aku juga bahkan punya wedding dream diary, just like you!”.
Thanks Kim, I need your help.. Aku cuma punya waktu satu bulan lagi to prepare my wedding.. Bertemu denganmu adalah suatu pencerahan bagiku. You’re my light! Terlebih lagi mengetahui our dream wedding almost similar.. Help me please.. Tentu saja itu juga kalau kamu tidak sibuk dan tidak keberatan..”.
I will Hanna.. I will!”, Kimora begitu excited mengetahui Hanna memintanya mewujudkan dream wedding-nya.

Hello darl? Hmm.. You can’t make it again? Oke, nggak masalah.. Aku? I’m with Kimora.. Okay.. But listen, you owe Kimora a lot! Okay, bye..”, Hanna menutup ponselnya kemudian memasukkannya ke dalam clutch bag-nya sambil menggerutu. “He can’t make it again!”, terdengar suara Hanna begitu geram.
“Nggak aneh Hanna, almost semua wedding 90% nya di tangan wanita. Even yang datang memesan wedding cake ke FairyCake kebanyakan wanita yang datang sendiri. You’re not alone..”, Kimora mengusap bahu Hanna perlahan.
Thanks ya Kim.. Aku nggak merasa jadi orang asing lagi di negeriku sendiri..”.
Your welcome Hanna, so, ini list beberapa catering dan florists yang recommended yang pernah Wedding Bells review.. Aku bisa menemanimu untuk melihat-lihat, sedangkan untuk keputusan dan food tasting, you should go with your fiance..”, Kimora menunjukkan tabletnya kepada Hanna.
You’re the best Kim!”, Hanna tiba-tiba memeluk Kimora.

Hampir setiap hari, sepulang dari Wedding Bells, Kimora bertemu dengan Hanna. Selalu hanya berdua, tunangan Hanna yang sibuk menggantikan Hanna di kantor hampir tidak pernah muncul. 80% persiapan wedding dikerjakan Hanna dan Kimora. Kimora begitu bersemangat membantu Hanna, sampai-sampai minta izin kepada tante Frey untuk off sementara sampai hari wedding Hanna. Kimora berharap, bisa mewujudkan bring London to Jakarta juga, tentu dengan dream wedding Love in London yang telah lama diimpikannya.
“Hanna.. Aku hampir saja lupa tugas awalku.. Your wedding cake’s decorator..”, bisik Kimora kemudian memasukkan potongan steak ke dalam mulutnya.
“Ah ya.. Aku sampai lupa.. You really help me a lot, dalam banyak hal! Aku sampai lupa, one of catchy wedding thing.. The CAKE!!”.
“Aku senang bisa membantu kamu.. Jadi, kamu ingin cake seperti apa?”.
I can’t design it, I just can imagine it.. I want a huge classic cake.. Dimana di seluruh bagian cake terlihat seperti Buckingham Palace. Like brown theme color, as high as Big Ben I guess.. Dekorasi wedding yang didominasi warna-warni dari Abbey’s Rose Garden, aku ingin cake yang classic dan tampak berbeda nantinya. Aku juga mau ketika cake-nya diberi pencahayaan, it would be like London Bridge at night. And don’t forget with the flowers! That’s what I imagine, tapi aku serahkan semuanya sama kamu..”, Hanna kemudian menyesap chamomile tea-nya.
I will do my best.. Tapi jangan lupa untuk buat appointment di FairyCake untuk cake tasting..”.
Absolutely.. I don’t want my fiance get mad with every food..”.

Okay Hanna, I almost arrived..”, setelah menutup ponselnya dan memasukannya ke dalam tasnya, setengah berlari Kimora menuju ke FairyCake. Hari ini Hanna ada appoinment cake tasting dan Hanna bilang ingin memperkenalkan Kimora dengan tunangannya. Beberapa meter sebelum FairyCake, Kimora mengatur nafasnya kemudian melangkah masuk ke dalam FairyCake. Wind chime yang menempel di pintu FairyCake berbunyi membuat beberapa orang di dalam FairyCake menoleh, termasuk Hanna. Hanna langsung memburu ke arah Kimora.
“Ah Kim! Finally! Kami sudah selesai cake tasting, but I want you to meet my fiance..”.
Sorry I was too late..”, Kimora mengikuti Hanna yang menarik tangannya.
Darl, this is Kimora who help us a lot!”, dengan bergaya ‘dengan-bangga-Hanna-mempersembahkan’, Hanna mendorong bahu Kimora perlahan, kemudian seorang pria berdiri dari tempat duduknya dan berbalik.
Kimora tercekat, “Arlan...”, dan semuanya gelap.

“Hhhh..”, Kimora membuka matanya kemudian mengerjapkan matanya melihat ke sekeliling. Dia dibaringkan di sofa warna khaki di FairyCake. Tante Frey, Mimi, Hanna –duduk berlutut di dekatnya-, dan unexpectable Arlan. Kimora mengusap wajahnya kemudian sedikit menegakkan badannya. Hanna buru-buru mengambil cangkir teh yang dipegang Mimi kemudian membantu Kimora minum tehnya.
Are you alright Kim? You make us worried..”, pekik Hanna.
Kimora menyesap teh yang diulurkan Hanna. “Aku cuma lupa lunch..”, Kimora menyeringai.
Always forget to eat.. You don’t change a lot Kate..”, tiba-tiba Arlan bersuara. Kimora melirik Arlan kemudian kembali memandangi cangkir teh-nya.
“Kate?”, dahi Hanna berkerut kemudian menatap Arlan.
“Katarina Amora satu flat dengan salah satu temanku. We’re always hang out together Honey when we’re in London..”.
Kimora tersenyum tipis mendengar perkataan Arlan.
“Ah ya.. Your real name really beautiful Kim.. Kita bertiga pernah tinggal di London, tapi mengapa dipertemukan di Jakarta ya?”.
“Hanna, mungkin sebaiknya kita pulang.. Kate pasti butuh istirahat.”, Arlan mengulurkan tangannya membantu Hanna bangkit.
Right.. Maafkan aku ya Kim.. Gara-gara membantuku, kamu jadi kelelahan.. Two weeks to go to my wedding..”, Hanna kemudian memeluk Kimora.
No prob.. Istirahat sebentar pasti sembuh..”, Kimora tersenyum tipis.
Kimora memperhatikan Hanna dan Arlan yang keluar dari FairyCake kemudian menutup matanya.

Auntie.. Do you still remember about the prince of my wedding?”.
“Ya.. I still remember.. But he’s gone right?”, tante Frey sibuk dengan laptopnya.
Kimora menggeleng pelan. “Orang itu adalah Arlan, Auntie..”. Mendengar perkataan Kimora, tante Frey sedikit tercekat, dia menggeser laptopnya kemudian menggenggam tangan Kimora.
Listen darling, just get over from it.. Jangan kamu lanjutkan lagi tentang ‘membantu-wedding-Hanna’. Dua minggu lagi bukan? We can ask Vanya or Maggy to replace you to decorate the cake.. Kamu nggak perlu memaksakan diri..”.
Kimora menggeleng perlahan. “No Auntie, I am a professional..”.
Tante Frey menghela nafas. “Kamu nggak perlu berpura-pura kuat Kim.. FairyCake punyaku, your auntie.. You free to release a duty..”.
Kimora menggeleng lagi. “Hanna pasti akan bertanya-tanya mengingat aku dulu begitu excited membantunya. Still, I’m a professional.. Meski itu berarti aku harus mengerjakan suatu hal yang aku nggak suka.”.
Tante Frey kembali menghela nafas, “Terserah kamu Kim.. Just keep your word, professional.. Asal kamu tahu, its irritate me, i thought moreover to you..”.

Kate, nama yang cantik bukan? Kate panggilan khusus Arlan untuk Katarina Amora. Hanya Arlan yang memanggilnya dengan nama kecil Kate. Princess Kate, panggilan itu jauh sebelum Kate Middleton naik daun. Terlebih lagi ketika Kate Middleton jadi perbincangan seantero dunia, begitu juga royal wedding, membuat Kate begitu semakin bersemangat daydreaming tentang dream wedding-nya.
Bertahun-tahun tinggal di London, bertemu cinta yang malah sesama orang Indonesia. Arlan merupakan teman Dave, kekasih Andrea. Andrea adalah satu teman flat Kimora ketika kuliah di London. Dua tahun terakhir berada di London, Kate selalu merasa bahagia. Setiap hari rasanya jatuh cinta. Berbagai pengalaman romantis, seru dan nggak terlupakan dialami Kate, semuanya karena Arlan. Akhirnya diary dream wedding Kate mencantumkan sebuah nama yang dia berani untuk mengikutsertakannya, Arlan. Arlan kadang ikut mengisi dream wedding diary Kate. Berbagai tulisan, foto, bahkan sketch detail dream wedding mereka. Menyusuri sungai Thames, menikmati semburat mentari tenggelam menyeruak di antara London Bridge. Berjalan-jalan di taman. Menikmati fish & chips yang dibawakan Arlan ke kampus. Menonton pergantian penjaga Buckingham Palace dan berbagai parade kerajaan. Terakhir, menikmati London Eye di malam hari dan Kate bermimpi dilamar Arlan di salah satu kapsul London Eye. Dan cuma berhenti sebagai mimpi.

“Mbak Kimora, ada yang mau bertemu. Dia menunggu di guest room..”, Qory berbicara super pelan kepada Kimora.
“Siapa?”.
I dunno..”, Qory mengangkat bahu kemudian meninggalkan cubicle Kimora. Kimora beranjak dari kursinya kemudian menuju ke guest room di lantai dasar.
Ruangan guest room tampak sepi. Hanya ada sesosok pria dengan setelan berwarna khaki. Kimora berjalan perlahan, tapi rupanya pria itu menyadari kehadiran Kimora, dia bangkit dari kursinya dan menghampiri Kimora.
You..”, Kimora tercekat.
“Kate..”. Arlan terdiam sebentar. “Can we take a seat, please?”.
Kimora masih terdiam. Tapi kemudian mengikuti Arlan ketika Arlan menarik tangannya perlahan.
“Kate, sebenarnya.. Aku..”.
“Arlan, aku rasa nggak ada yang perlu dijelaskan lagi.. No use untuk saat seperti ini..”.
“Kate.. Aku.. Minta maaf..”. Arlan tiba-tiba memegang tangan Kimora. Kimora membelalak kaget.
No use Arlan.. All is over.. Kita di Jakarta sekarang, mungkin menurutmu, kita hanya cinta lokasi. Jadi cinta kita hanya berlaku di London, dan mungkin.. Hanya saat itu.”. Kimora melepaskan tangan Arlan kemudian bangkit dari kursinya. “I have many things to do.. Aku rasa nggak ada yang perlu kita bicarakan lagi..”. Arlan tiba-tiba berlutut di hadapan Kimora dan memeluk kaki Kimora.
Please Kate.. Please.. Maafkan aku.. Lagipula kamu pergi begitu saja..”.
Kimora menggerak-gerakan kakinya risih, berusaha melepaskan Arlan.
“Arlan, please.. Everythings done. DONE. No use.. Aku bahkan nggak mengerti kamu minta maaf untuk apa..”. Arlan kemudian menggenggam tangan Kimora, menengadahkan kepalanya menatap Kimora. Kimora menghindari tatapan Arlan.
“Dan soal wedding aku dan Hanna. You don’t have to do it.. Its irritates me.. Just don’t do it.. Please..”.
No Arlan.. Its okay, I’m a professional.. I’ve promised to Hanna.. I should keep my promise..”.
“Hatimu, perasaanmu sedang kacau Kate.. Maybe you’ll ruin everything.. Please don’t crash Hanna’s happiness..”.
Kimora menyentakan kakinya melepaskan genggaman tangan Arlan.
Do you think that I was a BITCH?? Sesakit apapun hatiku, aku bukan pengecut yang senang balas dendam! Ternyata kamu nggak cukup mengenal aku Arlan! Meskipun aku telah menorehkan namamu di dream wedding diary-ku, bermimpi kamu melamarku di salah satu kapsul London Eye. Dan ternyata mimpi itu menjadi kenyataan bagi kamu.. Dengan gadis lain.. Hanna nggak tahu apa-apa. I will do nothing.. Okay? I will be a really nice bestfriend standing until the wedding’s end.. Just go..”, Kimora meninggalkan Arlan yang masih berlutut. Baru beberapa langkah, Kimora menghentikan langkahnya. “Asal kamu tahu Arlan, saat itu aku mendadak kembali ke Indonesia karena orangtuaku meninggal dalam kecelakaan. Aku meninggalkan pesan di apartemenmu, bahkan pada Dave dan Andrea, aku meninggalkan pesan dan alamatku di Indonesia. But you never search me.. Kamu tidak pernah berusaha mencariku..”.

Kimora kehilangan konsentrasi sepanjang hari itu. Beruntung tidak ada deadline yang mendesak dari Wedding Bells. Kimora hanya membuka-buka folder-folder yang ada di laptopnya tanpa menghasilkan sesuatu pun. Kimora kemudian berhenti menggerakkan tangannya ketika pandangannya tertuju pada design sebuah cake. Kimora membuka design tersebut. Sebuah cake tinggi berbentuk kotak menyerupai Big Ben, dengan warna dan garis-garis menyerupai Buckingham Palace, bunga Peony berwarna fuchsia tersebar disana sini, di cake yang paling atas ada tulisan a la handwritingPrincess Kate & Prince Arlan’, puncak dari semuanya, sebuah gazeboo berwarna putih di dalamnya sepasang pengantin tengah berdansa. Pita besar berwarna pale pink melengkapi totally look dari wedding cake ini. Di bawah design cake ini, ada signature ‘Arlan dan Kate’. Kimora mengusap matanya perlahan, kemudian lima menit layar laptopnya menampilkan window e-mail.

To: Farhanna Syaril
From: Katarina Amora Karan
Subject: It’s your wedding cake!! J

I’ve attach a design of your wedding cake..
Actually its mine, but I think i don’t need it anymore..
I will change the peony with roses, bunch of roses..
Hope you’ll like it..
XOXO
Kimora

Kimora membetulkan letak lampu sorot yang menerangi wedding cake hasil karyanya. Cahaya yang menimpa cake besar itu membuat cake tersebut menonjolkan sisi elegan dari cake tersebut. Kimora tersenyum menatap hasil karyanya. Sebuah mini gazeboo dadakan melengkapi garden party ini, khusus diisi oleh wedding cake hasil karya Kimora. Kimora keluar dari mini gazeboo cake-nya, kemudian mengedarkan pandangan. Sejauh mata memandang dimana-mana bunga mawar yang terlihat, merah-putih-pink-kuning-ungu-bahkan biru. Seperti Abbey Rose Garden. Sebuah parquet temporer terhampar di dekat gazeboo, berfungsi sebagai dance floor. Aneka food stall yang dihias mirip dengan London Bridge. Bangku-bangku kayu tersebar, mirip dengan yang ada di taman kampus Kimora dulu. Sebuah pelaminan yang dibentuk menyerupai balkon Buckingham Palace dimana Kate Middleton dan Prince William did their first kiss. Di belakang pelaminan terlihat flywheel menyerupai London Eye tapi versi mini lengkap dengan handwriting tulisan ‘Hanna & Arlan’ yang terus menerus berputar secara perlahan.
Garden party. Bunga mawar dimana-mana –bahkan di wedding cake-. Parquet for dance floor dan outdoor. Pelaminan berbentuk balkon Buckingham Palace. Semua itu bukan dream wedding Kimora. Terlebih lagi wanita yang berada di pelaminan itu, di sebelah Arlan, bukan Kimora atau Kate, itu Hanna.

After all procession, setelah semua sibuk menikmati hidangan, Kimora melirik ke pelaminan yang sepi. Kimora yang sedari tadi memainkan kalung mutiaranya kemudian menghela nafas dan mulai melangkah pasti ke arah pelaminan.
Congrats dear Hanna!”, Kimora memeluk Hanna yang terbalut gaun tube dress berwarna broken white bertabur swarovski.
Thanks a lot Kim.. Thanks..”, Hanna tidak mampu berkata-kata. Beberapa tetes air mata jatuh di pipinya.
“Uhh.. Don’t cry dear.. You’ll messed up your make up..”, Kimora menghapus air mata Hanna. Hanna kemudian tersenyum.
I can’t wait for your wedding.. I can’t wait for part Love in London Kim! I promise I will help you with everything for your wedding!”.
Kimora tersenyum. “Thanks dear.. I think.. I should find another wedding theme.. You’ve take my wedding dream!”, gurau Kimora. Hanna tertawa.
You’ll find another theme soon I guess.. And look! You’re so... Audrey Hepburn!”.
As you wish, Bride..”, Kimora sedikit membungkuk. Penampilan Kimora hari ini adalah special request dari Hanna. Empat hari sebelum pernikahan, Hanna mengirim Kimora satu set wardrobe, sebuah gaun hitam Chanel dengan model halter yang ngepas di badan Kimora, sepasang Louboutin black pump shoes, dan sebuah kalung mutiara asli. Hanna ingin Kimora tampil sebagai Audrey Hepburn, melengkapi tema pernikahannya.
Kimora berhenti sebentar sebelum akhirnya menyalami Arlan, Kimora memeluk Arlan sebentar sambil berbisik “Congrats Arlan!”. Kimora melepaskan pelukannya, menatap Arlan sebentar ‘Good bye, Prince..’.

“Mbak Kimora, ada yang ngirim paket tuh..”, Mimi menunjuk sebuah vas putih berisi bunga krisan berwarna fuchsia yang begitu rimbun. Sebuah kotak kecil berwarna abu terikat pita silver pada vas tersebut. Kimora melepaskan pita silver-nya kemudian membuka kotak kecil tersebut. Sebuah kalung silver dengan liontin blue sapphire berbentuk bulat, di dalam blue sapphire tersebut terukir huruf ‘K’ berwarna silver. Di bawah kalung tersebut terdapat sebuah surat.

Dear Princess Kate,
I felt sorry for everything had happened. And thank you for all your generousity.
That night, when you went to Indonesia, I would gave you this necklace, at London Eye.
Don’t reject it, its belong to you.
Thanks for all, for the happiness you spread to me, moreover for Hanna.
Thanks a lot..
-A

PS. I can’t find fresh peony, I think chrysanthemum look like peony when got blossomed.
You know that you’re always be my Princess, Kate. Stop search for a Prince! Go find a King!

16 November 2012    
Galuh Fajriyah Galura

*for my dream to walk along London.. Live there for a while.. Discovered a lot heritage in every town in UK.. Amin!

  


       



   

No comments:

Post a Comment