Namaku Katarina Amora. Percaya atau nggak, nama itu dikasih mama karena
beliau begitu giat mantengin telenovela. I’m a graphic designer at Wedding
Bells magazine. Sometimes I do some wedding review. Dan aku juga merupakan
salah satu cake decorator di FairyCake, the most professional and elegant cakery
in town. Jadi cake decorator, nggak lepas juga dari yang namanya wedding cake.
Semua hal yang berhubungan dengan wedding ini juga bukan suatu kebetulan, since
I was a little kid I love to do a daydreaming about my wedding day, dan ini
semua akibat mama yang selalu memperdengarkan wedding march ketika aku masih di
dalam kandungan. Last but not least, I am Kimora, my dream wedding: Love in
London.
Wedding Bells yang nggak jauh dari FairyCake membuat Kimora begitu getol
mampir ke FairyCake. Seperti sore
itu, ketika semburat warna kemerahan sang mentari yang siap-siap bersembunyi. Kimora
berjalan pelan sambil sesekali melirik ke arah jalanan yang mulai ramai oleh
kendaraan orang-orang yang pulang kantor. Sesaat langkahnya terhenti ketika
matanya menangkap suatu pemandangan, seseorang.. Is that you?
Sesaat Kimora
terdiam memandangi sebuah mobil, sampai mobil itu hilang dari pandangan. Wajah
itu.. Berbagai frame mengenai dream
wedding love in london kembali terngiang di kepalanya. Agak lama Kimora
terdiam sampai suara sebuah wind chime
membuyarkan lamunannya. Masih setengah sadar Kimora lalu memasuki FairyCake.
“Oh.. Hello dahling.. Come take a seat..”,
tante Frey menyambutku sambil menepuk-nepuk sebuah kursi di sebelahnya. Sebelah
tangannya memegang beberapa kertas dan di hadapannya duduk seorang klien
wanita.
Kimora menghampiri
tantenya, kemudian mencium pipinya. “Hello
Auntie..”.
Setelah duduk di samping tante Frey, tante Frey melanjutkan
sesi introduksi Kimora kepada klien nya ini. “Nah, keponakanku tersayang ini
merupakan the best cake decorator
yang FairyCake punya..”. Kimora cuma bisa mesem-mesem mendengar kalimat
promosi mengalir dari mulut tante Frey. “So,
you’re so lucky Dear.. Kebetulan bisa bertemu langsung dengan our lovely cake decorator, jadi kamu
bisa ngobrol langsung dengannya..”, tante Frey mengerling ke arah kliennya yang
masih stay cool malu-malu kucing.
“So lucky I guess, hello my name is
Hanna..”, wanita itu tersenyum kemudian mengasongkan tangannya ke arah Kimora.
Kimora sekilas memperhatikan wanita itu, sepertinya umurnya tidak jauh dari
umurnya, namun satin dress berwarna
biru muda dengan dibalut tweed jacket
hitam putih motif houndstooth
membuatnya terlihat lebih dewasa.
Kimora membalas
senyum tersebut, kemudian membalas salam tersebut, “Kimora. FairyCake’s cake decorator!” sahut
Kimora dengan riang yang mengundang tawa dari Frey.
“Kimora?”, wanita
bernama Hanna itu mengerutkan dahinya sambil menatap cangkir teh nya, kemudian
matanya berbinar “Last but not least, I
am Kimora, my wedding dream: Love in London. Is that you??” iris mata Hanna
yang berwarna coklat muda terlihat semakin membesar.
“Iya.. Aku graphic designer dan kadang-kadang jadi wedding reviewer di Wedding Bells..”, Kimora nyengir menjelaskan pekerjaannya.
“Oh My God! Aku benar-benar lucky rasanya! Kamu tahu, my wedding concept is Romantic London..
Dan thanks God, aku rasa aku bertemu
orang yang tepat!”, Hanna tampak sangat berapi-api dan bersemangat sekali dalam
mengucapkan rentetan kalimat tersebut.
“Wow! What a coincidence! Mimi, aku minta
satu earl grey ya..”, sahut Kimora. Kimora
lalu mengeluarkan tablet, lalu kembali menghadap ke arah Hanna, “Okay.. Let’s we start..”.
Tiga jam acara
ngobrol seru antara Kimora dan Hanna sangat nggak kerasa. Rasanya Kimora
menemukan soulmate baru. Terlebih lagi impian mereka yang hampir sama tentang
dream wedding yang sama-sama mengekspos keindahan London. Rasanya Kimora belum
pernah bersemangat seperti ini menghadapi klien dari FairyCake. Setiap detail yang diceritakan Hanna, dari mulai ketika
pertemuan Hanna dengan tunangannya, bagaimana mereka jatuh cinta di kota
London, sebuah kencan seharian dan adegan ‘the
proposal’ yang berlangsung ketika mereka naik London Eye. Sesampainya di rumah, Kimora buru-buru masuk kamar
-sampai lupa melepas knee boots
coklatnya-. Kimora berhenti di hadapan lemari, berjinjit sedikit kemudian
mengambil sebuah kotak berwarna abu, dibukanya kotak tersebut diantara
barang-barang yang berada di dalam kotak tersebut, sebuah diary berwarna Blue Benhur berada paling atas. Kimora
lalu terduduk di lantai kamarnya, tangannya menyentuh dairy tersebut kemudian mengeluarkannya.
“Katarina Amora’s Dream Wedding”, jemari
Kimora menyentuh cover dengan tulisan perak dan sebuah karikatur sepasang
pengantin yang tersenyum bahagia. Kimora mulai membuka halaman demi halaman diary-nya. Halaman awal berisi foto-foto
Kimora kecil yang tengah bermain wedding,
kain-kain mama bahkan kelambu dijadikan hair
piece a la wedding. Kimora yang mulai bisa menulis mulai menuliskan banyak
hal mengenai dream wedding-nya. Ada
beberapa foto ketika Kimora ada di berbagai pernikahan. Foto-foto di suatu
pernikahan dan ada komentar-komentar dari Kimora. Kimora tersenyum kecil
membaca setiap komentar yang ditulisnya. ‘Ternyata
memang sudah bakat..’. Tangan Kimora berhenti di halaman yang memajang
sebuah foto, foto Kimora ketika menjadi bridesmaid
dengan dress one shoulder warna
kuning pucat dengan rok menyerupai bentuk kuncup bunga peony. Sebuah mini hand
bouquet mawar putih tergenggam manis di tangannya. Lengkung senyum itu
sempurna, sepasang dengan lengkung senyum seorang pria yang berdiri tegak di
sebelahnya dengan tux warna abu. ‘At Andrea’s wedding.. On our way to our own
wedding.. K & A’. Kimora terdiam, it’s
been a long time, isn’t it?
Kimora berjalan
tergesa-gesa dari Wedding Bells
menuju ke Caffemine, sebuah cafe
kecil yang terletak tepat di sebrang kantor Wedding
Bells. Kimora mengatur nafasnya kemudian memasuki cafe tersebut, matanya
menatap liar kesana kemari tanpa memperhatikan seorang pelayan yang
mempersilakannya. Matanya tertumbuk pada seorang wanita dengan sundress floral tengah melambaikan
tangan kepadanya. “Thanks Mbak, aku
udah ada temen..”, Kimora tersenyum kemudian menghampiri Hanna.
“Sorry yah Mbak
Hanna, aku kelamaan. Udah lama nunggu yah?”, Kimora sedikit melirik ke cangkir
di hadapan Hanna yang hampir kosong.
“No prob Kim.. Maaf yah aku mengganggu kamu.
Anyway even I’m older 3 years than you,
just Hanna please.. Kamu pesan
dulu yah..”, Hanna tersenyum kemudian memanggil seorang pelayan.
“Okay, Hanna..”,
Kimora kemudian memesan caramel machiato
favorite-nya dan seporsi sampler menu
favorit di cafe ini.
“Kim, I’m sorry if I was disturbed you.. Dua
bulan disini sama sekali nggak menghasilkan apapun, kecuali tempat dan FairyCake. Memborong hampir semua wedding magazine juga rasanya no use. I’m still confused.. I really messed myself
while I know I can’t held my wedding in London.”, Hanna menghela nafas,
terlihat begitu frustasi. Hanna membuka tasnya kemudian mengeluarkan sebuah diary dan menaruhnya di meja. “Aku
menuliskan setiap detail my dream wedding
disini. Far away before I met this guy..
Sebagai penerus perusahaan daddy, aku
terlalu sibuk mempelajari banyak hal, sampai aku melupakan ini, bahkan lupa
cara daydreaming. After I met this guy,
and ready to marry, aku kembali teringat sama mimpi-mimpi kecilku. To be marry in London. Every little things,
dari mulai tempat, gown, cake, decor,
music, even the hand bouquet I’ve listed every choosen place in London.”
Jemari lentik Hanna mengelus perlahan diary berwarna peach tersebut. “Dan ketika menyadari hal bahwa I should –must married in Jakarta, I felt
horrible. Bukan masalah prestisius, sombong atau semacamnya. Tapi rasanya
sakit hal yang sudah diimpikan malah hanya benar-benar mimpi. Then he gave me this idea, bring London
to Jakarta.. Sorry for being this
cheesy..”, Hanna mengusap bulir air mata yang jatuh di pipinya.
“It’s okay Hanna.. Every women deadly want a pewrfect wedding! Aku juga bahkan punya wedding dream diary, just like you!”.
“Thanks Kim, I need your help.. Aku cuma punya waktu satu bulan lagi to prepare my wedding.. Bertemu denganmu
adalah suatu pencerahan bagiku. You’re my
light! Terlebih lagi mengetahui our
dream wedding almost similar.. Help me please.. Tentu saja itu juga kalau
kamu tidak sibuk dan tidak keberatan..”.
“I will Hanna.. I will!”, Kimora begitu
excited mengetahui Hanna memintanya mewujudkan dream wedding-nya.
“Hello darl? Hmm.. You can’t make it again?
Oke, nggak masalah.. Aku? I’m with Kimora..
Okay.. But listen, you owe Kimora a lot! Okay, bye..”, Hanna menutup
ponselnya kemudian memasukkannya ke dalam clutch
bag-nya sambil menggerutu. “He can’t
make it again!”, terdengar suara Hanna begitu geram.
“Nggak aneh Hanna, almost semua wedding 90% nya di tangan wanita. Even yang datang memesan wedding
cake ke FairyCake kebanyakan wanita yang datang sendiri. You’re not alone..”, Kimora mengusap
bahu Hanna perlahan.
“Thanks ya Kim.. Aku nggak merasa jadi
orang asing lagi di negeriku sendiri..”.
“Your welcome Hanna, so, ini list beberapa catering dan florists yang recommended
yang pernah Wedding Bells review..
Aku bisa menemanimu untuk melihat-lihat, sedangkan untuk keputusan dan food tasting, you should go with your fiance..”,
Kimora menunjukkan tabletnya kepada Hanna.
“You’re the best Kim!”, Hanna tiba-tiba
memeluk Kimora.
Hampir setiap
hari, sepulang dari Wedding Bells,
Kimora bertemu dengan Hanna. Selalu hanya berdua, tunangan Hanna yang sibuk
menggantikan Hanna di kantor hampir tidak pernah muncul. 80% persiapan wedding
dikerjakan Hanna dan Kimora. Kimora begitu bersemangat membantu Hanna,
sampai-sampai minta izin kepada tante Frey untuk off sementara sampai hari wedding
Hanna. Kimora berharap, bisa mewujudkan bring
London to Jakarta juga, tentu dengan dream wedding Love in London yang telah
lama diimpikannya.
“Hanna.. Aku hampir
saja lupa tugas awalku.. Your wedding
cake’s decorator..”, bisik Kimora kemudian memasukkan potongan steak ke dalam mulutnya.
“Ah ya.. Aku sampai
lupa.. You really help me a lot,
dalam banyak hal! Aku sampai lupa, one of
catchy wedding thing.. The CAKE!!”.
“Aku senang bisa
membantu kamu.. Jadi, kamu ingin cake
seperti apa?”.
“I can’t design it, I just can imagine it.. I
want a huge classic cake.. Dimana di seluruh bagian cake terlihat seperti Buckingham
Palace. Like brown theme color, as high as Big Ben I guess.. Dekorasi wedding yang didominasi warna-warni dari
Abbey’s Rose Garden, aku ingin cake yang classic dan tampak berbeda nantinya. Aku juga mau ketika cake-nya diberi pencahayaan, it would be like London Bridge at night. And
don’t forget with the flowers! That’s what I imagine, tapi aku serahkan
semuanya sama kamu..”, Hanna kemudian menyesap chamomile tea-nya.
“I will do my best.. Tapi jangan lupa
untuk buat appointment di FairyCake
untuk cake tasting..”.
“Absolutely.. I don’t want my fiance get mad
with every food..”.
“Okay Hanna, I almost arrived..”, setelah menutup ponselnya dan memasukannya ke
dalam tasnya, setengah berlari Kimora menuju ke FairyCake. Hari ini Hanna ada appoinment
cake tasting dan Hanna bilang ingin memperkenalkan Kimora dengan
tunangannya. Beberapa meter sebelum FairyCake,
Kimora mengatur nafasnya kemudian melangkah masuk ke dalam FairyCake. Wind chime
yang menempel di pintu FairyCake
berbunyi membuat beberapa orang di dalam FairyCake
menoleh, termasuk Hanna. Hanna langsung memburu ke arah Kimora.
“Ah Kim! Finally! Kami sudah selesai cake tasting, but I want you to meet my fiance..”.
“Sorry I was too late..”, Kimora
mengikuti Hanna yang menarik tangannya.
“Darl, this is Kimora who help us a lot!”,
dengan bergaya ‘dengan-bangga-Hanna-mempersembahkan’, Hanna mendorong bahu
Kimora perlahan, kemudian seorang pria berdiri dari tempat duduknya dan
berbalik.
Kimora tercekat,
“Arlan...”, dan semuanya gelap.
“Hhhh..”, Kimora
membuka matanya kemudian mengerjapkan matanya melihat ke sekeliling. Dia
dibaringkan di sofa warna khaki di FairyCake. Tante Frey, Mimi, Hanna
–duduk berlutut di dekatnya-, dan unexpectable
Arlan. Kimora mengusap wajahnya kemudian sedikit menegakkan badannya. Hanna
buru-buru mengambil cangkir teh yang dipegang Mimi kemudian membantu Kimora
minum tehnya.
“Are you alright Kim? You make us worried..”, pekik Hanna.
Kimora menyesap teh
yang diulurkan Hanna. “Aku cuma lupa lunch..”,
Kimora menyeringai.
“Always forget to eat.. You don’t change a
lot Kate..”, tiba-tiba Arlan bersuara. Kimora melirik Arlan kemudian
kembali memandangi cangkir teh-nya.
“Kate?”, dahi Hanna
berkerut kemudian menatap Arlan.
“Katarina Amora satu
flat dengan salah satu temanku. We’re always hang out together Honey when
we’re in London..”.
Kimora tersenyum
tipis mendengar perkataan Arlan.
“Ah ya.. Your real name really beautiful Kim..
Kita bertiga pernah tinggal di London, tapi mengapa dipertemukan di Jakarta ya?”.
“Hanna, mungkin
sebaiknya kita pulang.. Kate pasti butuh istirahat.”, Arlan mengulurkan
tangannya membantu Hanna bangkit.
“Right.. Maafkan aku ya Kim.. Gara-gara
membantuku, kamu jadi kelelahan.. Two
weeks to go to my wedding..”, Hanna kemudian memeluk Kimora.
“No prob.. Istirahat sebentar pasti
sembuh..”, Kimora tersenyum tipis.
Kimora memperhatikan
Hanna dan Arlan yang keluar dari FairyCake
kemudian menutup matanya.
“Auntie.. Do you still remember about the
prince of my wedding?”.
“Ya.. I still remember.. But he’s gone right?”,
tante Frey sibuk dengan laptopnya.
Kimora menggeleng
pelan. “Orang itu adalah Arlan, Auntie..”.
Mendengar perkataan Kimora, tante Frey sedikit tercekat, dia menggeser
laptopnya kemudian menggenggam tangan Kimora.
“Listen darling, just get over from it..
Jangan kamu lanjutkan lagi tentang ‘membantu-wedding-Hanna’. Dua minggu lagi bukan? We can ask Vanya or Maggy
to replace you to decorate the cake..
Kamu nggak perlu memaksakan diri..”.
Kimora menggeleng
perlahan. “No Auntie, I am a
professional..”.
Tante Frey menghela
nafas. “Kamu nggak perlu berpura-pura kuat Kim.. FairyCake punyaku, your auntie.. You free to release a duty..”.
Kimora menggeleng
lagi. “Hanna pasti akan bertanya-tanya mengingat aku dulu begitu excited membantunya. Still, I’m a professional.. Meski itu
berarti aku harus mengerjakan suatu hal yang aku nggak suka.”.
Tante Frey kembali
menghela nafas, “Terserah kamu Kim.. Just
keep your word, professional.. Asal kamu tahu, its irritate me, i thought moreover to you..”.
Kate, nama yang
cantik bukan? Kate panggilan khusus Arlan untuk Katarina Amora. Hanya Arlan
yang memanggilnya dengan nama kecil Kate. Princess
Kate, panggilan itu jauh sebelum Kate Middleton naik daun. Terlebih lagi ketika
Kate Middleton jadi perbincangan seantero dunia, begitu juga royal wedding, membuat Kate begitu
semakin bersemangat daydreaming
tentang dream wedding-nya.
Bertahun-tahun
tinggal di London, bertemu cinta yang malah sesama orang Indonesia. Arlan
merupakan teman Dave, kekasih Andrea. Andrea adalah satu teman flat Kimora ketika kuliah di London. Dua
tahun terakhir berada di London, Kate selalu merasa bahagia. Setiap hari
rasanya jatuh cinta. Berbagai pengalaman romantis, seru dan nggak terlupakan
dialami Kate, semuanya karena Arlan. Akhirnya diary dream wedding Kate mencantumkan sebuah nama yang dia berani
untuk mengikutsertakannya, Arlan. Arlan kadang ikut mengisi dream wedding diary Kate. Berbagai
tulisan, foto, bahkan sketch detail dream
wedding mereka. Menyusuri sungai Thames,
menikmati semburat mentari tenggelam menyeruak di antara London Bridge.
Berjalan-jalan di taman. Menikmati fish
& chips yang dibawakan Arlan ke kampus. Menonton pergantian penjaga Buckingham Palace dan berbagai parade
kerajaan. Terakhir, menikmati London Eye
di malam hari dan Kate bermimpi dilamar Arlan di salah satu kapsul London Eye. Dan cuma berhenti sebagai
mimpi.
“Mbak Kimora, ada
yang mau bertemu. Dia menunggu di guest
room..”, Qory berbicara super pelan kepada Kimora.
“Siapa?”.
“I dunno..”, Qory mengangkat bahu
kemudian meninggalkan cubicle Kimora.
Kimora beranjak dari kursinya kemudian menuju ke guest room di lantai dasar.
Ruangan guest room tampak sepi. Hanya ada
sesosok pria dengan setelan berwarna khaki. Kimora berjalan perlahan, tapi
rupanya pria itu menyadari kehadiran Kimora, dia bangkit dari kursinya dan
menghampiri Kimora.
“You..”, Kimora tercekat.
“Kate..”. Arlan
terdiam sebentar. “Can we take a seat,
please?”.
Kimora masih
terdiam. Tapi kemudian mengikuti Arlan ketika Arlan menarik tangannya perlahan.
“Kate, sebenarnya..
Aku..”.
“Arlan, aku rasa
nggak ada yang perlu dijelaskan lagi.. No
use untuk saat seperti ini..”.
“Kate.. Aku.. Minta
maaf..”. Arlan tiba-tiba memegang tangan Kimora. Kimora membelalak kaget.
“No use Arlan.. All is over.. Kita di Jakarta sekarang, mungkin menurutmu, kita
hanya cinta lokasi. Jadi cinta kita hanya berlaku di London, dan mungkin..
Hanya saat itu.”. Kimora melepaskan tangan Arlan kemudian bangkit dari
kursinya. “I have many things to do..
Aku rasa nggak ada yang perlu kita bicarakan lagi..”. Arlan tiba-tiba berlutut
di hadapan Kimora dan memeluk kaki Kimora.
“Please Kate.. Please.. Maafkan aku.. Lagipula kamu pergi begitu saja..”.
Kimora
menggerak-gerakan kakinya risih, berusaha melepaskan Arlan.
“Arlan, please.. Everythings done. DONE. No use..
Aku bahkan nggak mengerti kamu minta maaf untuk apa..”. Arlan kemudian
menggenggam tangan Kimora, menengadahkan kepalanya menatap Kimora. Kimora
menghindari tatapan Arlan.
“Dan soal wedding aku dan Hanna. You don’t have to do it.. Its irritates me..
Just don’t do it.. Please..”.
“No Arlan.. Its okay, I’m a professional.. I’ve promised to Hanna.. I should keep
my promise..”.
“Hatimu, perasaanmu
sedang kacau Kate.. Maybe you’ll ruin
everything.. Please don’t crash Hanna’s happiness..”.
Kimora menyentakan
kakinya melepaskan genggaman tangan Arlan.
“Do you think that I was a BITCH??
Sesakit apapun hatiku, aku bukan pengecut yang senang balas dendam! Ternyata
kamu nggak cukup mengenal aku Arlan! Meskipun aku telah menorehkan namamu di dream wedding diary-ku, bermimpi kamu
melamarku di salah satu kapsul London Eye.
Dan ternyata mimpi itu menjadi kenyataan bagi kamu.. Dengan gadis lain.. Hanna
nggak tahu apa-apa. I will do nothing..
Okay? I will be a really nice bestfriend standing until the wedding’s end.. Just
go..”, Kimora meninggalkan Arlan yang masih berlutut. Baru beberapa
langkah, Kimora menghentikan langkahnya. “Asal kamu tahu Arlan, saat itu aku
mendadak kembali ke Indonesia karena orangtuaku meninggal dalam kecelakaan. Aku
meninggalkan pesan di apartemenmu, bahkan pada Dave dan Andrea, aku meninggalkan
pesan dan alamatku di Indonesia. But you
never search me.. Kamu tidak pernah berusaha mencariku..”.
Kimora kehilangan
konsentrasi sepanjang hari itu. Beruntung tidak ada deadline yang mendesak dari Wedding
Bells. Kimora hanya membuka-buka folder-folder
yang ada di laptopnya tanpa menghasilkan sesuatu pun. Kimora kemudian berhenti
menggerakkan tangannya ketika pandangannya tertuju pada design sebuah cake.
Kimora membuka design tersebut. Sebuah
cake tinggi berbentuk kotak
menyerupai Big Ben, dengan warna dan
garis-garis menyerupai Buckingham Palace,
bunga Peony berwarna fuchsia tersebar disana sini, di cake
yang paling atas ada tulisan a la handwriting
‘Princess Kate & Prince Arlan’,
puncak dari semuanya, sebuah gazeboo
berwarna putih di dalamnya sepasang pengantin tengah berdansa. Pita besar
berwarna pale pink melengkapi totally look dari wedding cake ini. Di bawah design
cake ini, ada signature ‘Arlan
dan Kate’. Kimora mengusap matanya perlahan, kemudian lima menit layar
laptopnya menampilkan window e-mail.
To: Farhanna Syaril
From: Katarina Amora
Karan
Subject: It’s your wedding cake!! J
I’ve attach a design of your wedding cake..
Actually its mine, but I think i don’t need it anymore..
I will change the peony with roses, bunch of roses..
Hope you’ll like it..
XOXO
Kimora
Kimora
membetulkan letak lampu sorot yang menerangi wedding cake hasil karyanya. Cahaya yang menimpa cake besar itu membuat cake tersebut menonjolkan sisi elegan
dari cake tersebut. Kimora tersenyum
menatap hasil karyanya. Sebuah mini gazeboo
dadakan melengkapi garden party ini, khusus
diisi oleh wedding cake hasil karya
Kimora. Kimora keluar dari mini gazeboo
cake-nya, kemudian mengedarkan pandangan. Sejauh mata memandang dimana-mana
bunga mawar yang terlihat, merah-putih-pink-kuning-ungu-bahkan biru. Seperti Abbey Rose Garden. Sebuah parquet temporer terhampar di dekat gazeboo, berfungsi sebagai dance floor. Aneka food stall yang dihias mirip dengan London Bridge. Bangku-bangku kayu tersebar, mirip dengan yang ada
di taman kampus Kimora dulu. Sebuah pelaminan yang dibentuk menyerupai balkon Buckingham Palace dimana Kate Middleton
dan Prince William did their first kiss.
Di belakang pelaminan terlihat flywheel
menyerupai London Eye tapi versi mini
lengkap dengan handwriting tulisan ‘Hanna
& Arlan’ yang terus menerus berputar secara perlahan.
Garden party. Bunga mawar dimana-mana
–bahkan di wedding cake-. Parquet for dance floor dan outdoor. Pelaminan berbentuk balkon Buckingham Palace. Semua itu bukan dream wedding Kimora. Terlebih lagi wanita
yang berada di pelaminan itu, di sebelah Arlan, bukan Kimora atau Kate, itu
Hanna.
After all procession, setelah semua
sibuk menikmati hidangan, Kimora melirik ke pelaminan yang sepi. Kimora yang
sedari tadi memainkan kalung mutiaranya kemudian menghela nafas dan mulai
melangkah pasti ke arah pelaminan.
“Congrats dear Hanna!”, Kimora memeluk
Hanna yang terbalut gaun tube dress
berwarna broken white bertabur swarovski.
“Thanks a lot Kim.. Thanks..”, Hanna tidak mampu berkata-kata. Beberapa tetes air mata
jatuh di pipinya.
“Uhh.. Don’t cry dear.. You’ll messed up your make
up..”, Kimora menghapus air mata Hanna. Hanna kemudian tersenyum.
“I can’t wait for your wedding.. I can’t wait
for part Love in London Kim! I promise I will help you with everything for your
wedding!”.
Kimora tersenyum. “Thanks dear.. I think.. I should find
another wedding theme.. You’ve take my wedding dream!”, gurau Kimora. Hanna
tertawa.
“You’ll find another theme soon I guess.. And
look! You’re so... Audrey Hepburn!”.
“As you wish, Bride..”, Kimora sedikit
membungkuk. Penampilan Kimora hari ini adalah special request dari Hanna. Empat hari sebelum pernikahan, Hanna
mengirim Kimora satu set wardrobe,
sebuah gaun hitam Chanel dengan model
halter yang ngepas di badan Kimora,
sepasang Louboutin black pump shoes,
dan sebuah kalung mutiara asli. Hanna ingin Kimora tampil sebagai Audrey Hepburn, melengkapi tema
pernikahannya.
Kimora berhenti
sebentar sebelum akhirnya menyalami Arlan, Kimora memeluk Arlan sebentar sambil
berbisik “Congrats Arlan!”. Kimora
melepaskan pelukannya, menatap Arlan sebentar ‘Good bye, Prince..’.
“Mbak Kimora, ada
yang ngirim paket tuh..”, Mimi menunjuk sebuah vas putih berisi bunga krisan
berwarna fuchsia yang begitu rimbun.
Sebuah kotak kecil berwarna abu terikat pita silver pada vas tersebut. Kimora
melepaskan pita silver-nya kemudian membuka kotak kecil tersebut. Sebuah kalung
silver dengan liontin blue sapphire
berbentuk bulat, di dalam blue sapphire
tersebut terukir huruf ‘K’ berwarna silver. Di bawah kalung tersebut terdapat
sebuah surat.
Dear Princess Kate,
I felt sorry for everything had happened. And thank you for all your
generousity.
That night, when you went to Indonesia, I would gave you this necklace,
at London Eye.
Don’t reject it, its belong to you.
Thanks for all, for the happiness you spread to me, moreover for Hanna.
Thanks a lot..
-A
PS. I can’t find fresh
peony, I think chrysanthemum look like peony when got blossomed.
You know that you’re
always be my Princess, Kate. Stop search for a Prince! Go find a King!
16 November 2012
Galuh Fajriyah Galura
*for my dream to walk along London.. Live there for a while.. Discovered a lot heritage in every town in UK.. Amin!
No comments:
Post a Comment