Wednesday, November 28, 2012

See Me..


Malia mengaduk-ngaduk iced caramel macchiato-nya sambil terus memelototi laptop. Sore hari pulang kuliah, memang paling asyik ngopi cantik di Coffee Cup. Sayang Syakilla nggak bisa ikut hari itu. Padahal, Malia ditambah Syakilla di Coffee Cup, merupakan perpaduan paling pas dibanding semua kopi racikan barista Coffee Cup, berjam-jam ngerumpi tanpa henti yang bikin pelayan bahagia karena mereka terus menerus memesan minuman dan aneka cemilan.
“Hallo..”. Sebuah suara memecah keheningan di pikiran Malia, Malia beralih dari laptopnya kemudian menatap seseorang yang menjadi sebuah sumber suara. Sesaat kening Malia berkerut, sedikit melotot kaget, kemudian nyengir memamerkan gigi-giginya yang putih.
“Eh, Bapak..”.
“Kamu ternyata ekspresif sekali yah..”, Malia semakin salah tingkah disebut seperti itu oleh pria dengan kemeja abu-abu yang berdiri tegak di depannya.
“Hehe.. Maklum Pak, nggak kesampean jadi artis.. Eh iya, silakan duduk Pak.. Atau Bapak sudah ada tempat duduk?”, Malia merapikan kertas-kertas yang bertebaran di meja, kemudian sedikit menggeser laptopnya.

“Permisi Pak, Kopinya?”, sebelum dijawab, pertanyaan Malia keduluan dijawab oleh seorang pelayan wanita yang membawakan secangkir kopi.
“Kamu nggak keberatan saya gabung disini?”.
Absolutely no, Sir.. Please take a seat..”, Malia menegakkan duduknya kemudian berusaha tersenyum normal.
Setelah pria itu duduk, sang pelayan menaruh cangkir kopinya kemudian meninggalkan Malia yang kini deg-degan setengah mati.
“Kamu sedang mengerjakan apa? Oh iya, saya sering melihat kamu di kampus. Tapi rasanya saya belum pernah mengajar kamu, nama kamu?”.
“Saya Malia Pak. Saya memang belum pernah diajar bapak. Dan.. rasanya focus study yang saya ambil nggak ada mata kuliah yang diajar sama bapak..”, Malia nyengir.
“Saya Wira Panara.”.
“Saya tau kok Pak...”, Malia kemudian menepuk keningnya. “Eh.. Saya salah ngomong ya Pak?”, Malia semakin panas dingin terlebih lagi ketika menyadari kesalahannya jadi bahan tertawaan Pak Wira. Melihat Pak Wira tertawa begitu lepas seperti itu, Malia jadi tidak merasa sedang mengobrol dengan dosen, meski pada kenyataannya pipi Malia kini merah padam.
“Kamu itu lucu yah.. Begitu ekspresif.. Oh iya, keliatannya kamu sedang mengerjakan sesuatu. Saya ganggu kamu?”.
Malia mengangguk, kemudian menghela nafas, “Maksud saya barusan iya saya sedang mengerjakan sesuatu, tapi kalau bapak tanya ganggu atau nggak, jawabannya nggak..”, Malia nyengir kemudian mengeluarkan tube lipgloss pink fruity dari tasnya kemudian dengan cepat mengoleskannya di bibir. “Pak maaf saya kalau grogi, suka refleks pake lipgloss..”, Malia menggigit bibirnya, malu setengah mati rasanya kebiasaan itu terjadi disaat dia sedang bersama seorang dosen meski sedang diluar kampus.
“Ternyata kamu unique juga yah.. Lipgloss jadi semacam obat penenang buat kamu..”
“Hmm.. Kebiasaannya dari semenjak high school pak.. Semenjak saya kenal sama lipgloss.. Entah kenapa ketika saya grogi selalu refleks ambil lipgloss dari tas dan pake lipgloss.. Sulit rasanya menghilangkan kebiasaan itu. Meski udah berulang kali sahabat-sahabat saya ngumpetin lipgloss saya, tapi tetep aja itu lipgloss pasti ketemu sama bibir saya.”, Malia menggaruk-garuk kepalanya sambil menunduk.
“Nggak kebayang nanti se-glossy apa bibir kamu sewaktu kamu sidang nanti Malia..”.
Malia semakin menundukkan kepalanya, pipinya bersemu kemerahan. Kulit putih Malia sangat tidak bisa menyembunyikan keadaan Malia yang begitu malu.
“Eh iya, tadi kamu bilang sedang mengerjakan sesuatu. Kalau boleh saya tahu apa itu?”.
“Tugas paper pak.. Strategi promosi lewat bahasa. Mmm.. Kalau bapak nggak keberatan, bapak mau bantu periksa tugas saya?”, Malia berusaha mencairkan suasana yang begitu kaku diantara keduanya.
With my pleasure..”, Pak Wira tersenyum. Serangkaian otot di wajahnya membentuk kurva indah melengkapi wajah tampannya. ‘Hey.. He’s handsome.. And HOT!’ Malia ikut tersenyum, kemudian kembali menunduk dan buru-buru menghapus apa yang terlintas di pikirannya.
Nggak kerasa dua jam Malia dan pak Wira berada di Coffee Cup, masing-masing telah menghabiskan dua minuman dan sebuah obrolan seru di sore hari. Dimulai dari tugas paper Malia, cerita berbagai hal tentang Bahasa Communication International University dan seisinya, sampai heboh bahas film berbagai genre.
“Pak, saya pulang ya.. Udah malem.. Hehe.. Saya masih punya jam malam nih Pak..”, Malia nyengir sambil membereskan laptop dan memasukan berbagai kertas ke dalam tasnya.
“Iya nggak kerasa ya Malia.. It’s really a fun chitchat.. Rasanya udah lama saya nggak ngobrol seru seperti itu..”.
“Iya Pak, makasih banyak udah bantu saya ngerjain tugas..”.
“Kamu pulang naik apa?”.
“Taxi kayanya pak..”.
“Rumah kamu dimana Malia?”.
Skies Residence..”.
“Oh kalo gitu, bareng saya aja. Saya lewat situ kok.. Lagian kamu nggak takut apa naik taxi malem-malem begini sendiri?”.
“Takut sih pak..”, Malia bergidik membayangkan hal-hal yang menyeramkan yang lagi jadi trend issue.

Mal, lo dimana?
Buruan subscribe I See You!
NOW!!!!!!!!! ASAP!
-                      Syakilla

Malia buru-buru membuka situs I See You  dari ponselnya, situs terkutuk menurutnya, yang sudah di unsubscribe-nya selama enam bulan.

Malia, The Queen of Flirt is BACK!
Watch your BOYS, Lads..
Prime Suspect: Malia Putri Canella, student, 21
Victim: Wira Panara, lecturer, 28
Helllooow Eyes.. Terutama para EyesLad, Get ready to be brokenhearted.. One of the most eligible bachelor in BCIU has been robbed his heart by an always-flirtatious-girl named Malia. As you know, Pak Wira Panara, dosen paling kece, dengan wajah tampan, bodi atletis, otak cemerlang, tanned skin, dan nggak lupa senyum yang selalu menawan terlebih lagi ketika mengendarai black hummer-nya, selalu menarik hati setiap mahasiswi BCIU. Pak Wira salah satu dosen muda kita yang masih single.
Dan oh.. Mengapa selalu gadis itu? Malia, Malia dan Malia?? Memang apa hebatnya Malia itu?

Malia meng-scroll seluruh artikel, dibawah artikel terdapat foto Malia dan Pak Wira sedang tertawa sambil menunjuk laptopnya. Foto itu diambil kemarin! Sewaktu dirinya nggak sengaja bertemu dengan Pak Wira. Lebih dari seribu komentar, tapi Malia tidak sedikit pun berminat untuk membacanya. Malia langsung meng-klik comment kemudian mengisi field komentar, dan post it.

Hellooooow dear I See You that really loves to ALWAYS SEE ME..! I want to CLARIFY! I was accidentally met Pak Wira, okay? It’s ACCIDENTALLY! Means NGGAK SENGAJA! He helped me doing my task, and NOTHING HAPPENED! Not any kind of thing that flying in your dirty mind! - Malia

‘I need to clarify.. To him..’, Malia memasukan ponselnya ke dalam tas dan hendak berlari.
“Malia!”, suara cempreng Syakilla menghentikan langkah seribu Malia.
“Syakilla.. Oh Please... Kenapa jadi seperti ini?”.
“Tenang Malia.. Itu cuma kerjaannya Vinna.. Just get over it..”.
“Kamu gila apa? Gimana aku bisa get over it kalau ini menyangkut seorang dosen. SEORANG DOSEN Sya..”.
“Iya aku tahu Mal.. Tapi gosip itu keburu beredar, nggak ada yang bisa dilakuin..”.
“Hmmm... But at least I need to clarify to him.. Aku nggak mau dianggap mahasiswi yang pengen mendongkrak popularitas dengan gosip murahan.. I need to find him..”, Malia kembali beranjak dari tempatnya.
He’s not here Mal.. Pak Wira nggak dateng hari ini Malia, dia nggak ada jadwal mengajar.”.
“Aaaarghh.. Jadi aku harus gimana??”, Malia mengusap wajahnya.
Just keep calm, Mal.. Kamu beneran ketemu beliau? Kemarin itu..”.
Malia mengangguk pelan, “Iya Sya.. Di Coffee Cup.. Nggak sengaja.. Dia bantuin aku meriksa tugasku juga..”
“Lalu... Kalian ngobrol apa aja?”.
“Ya banyak Sya.. Banyaknya sih tentang kampus.”.
“Oh...”, Syakilla mengeluarkan ekspresi senyum penuh arti.
“Syakilllllaaaaaa.... Pleaseeeee! I didn’t do any flirt thing, okaay? Even I admit he’s sweet and hot..”.
It’s okay Mal.. He’s single..”, Syakilla mengedip.
“SYAKILLLAAAAAAAAA....”

Tiga hari dari kejadian posting menyebalkan di situs I See You, nampaknya belum bisa bikin Malia bisa duduk manis dan menikmati perkuliahan. Situs I See You merupakan sebuah situs yang dikelola sebuah ekskul infotainment di Bahasa Communication International University, situs ini sudah berdiri lima tahun dan sukses meraih rating tertinggi diantara situs hasil dari ekskul lainnya. Bahkan, berbagai produk berminat tinggi untuk jadi sponsor. Situs I See You sendiri berisi info-info mengenai kehidupan para mahasiswa BCIU, dari profil mahasiswa teladan, mahasiswa berprestasi, sampai gosip kacangan yang selalu sukses menarik hati dan komentar para subscriber-nya. Setiap jam para subscriber dari I See You mendapatkan update info secara otomatis.

Malia berjalan lunglai keluar dari kampus. Sudah beberapa hari Malia sengaja pulang terlambat, berusaha menghindari mahasiswa lainnya yang pulang pada hectic hour-nya jam pulang. Meski sesore apapun Malia pulang, tetap saja masih bertemu beberapa mahasiswa yang selalu berbisik-bisik ketika berpapasan dengannya. Jam istirahat, bahkan di jam pergantian kelas, Malia selalu merasa begitu desperate ketika orang-orang itu berbisik-bisik sambil melirik ke arahnya. Puncaknya adalah Bu Ruri, dosen yang nggak pernah bisa hafal nama mahasiswanya, tiba-tiba saja hafal dengan nama Malia, karena apalagi kalau bukan karena gosip di I See You.
Malia menghela nafas sambil menendang-nendang kerikil dengan ujung knee boots-nya. ‘I’m not even a Serena van der Woodsen or even Blair Waldorf.. It’s not Manhattan.. Then why they love make I See You felt like a Gossip Girl, but without the narration one..’
Suara klakson mobil membuyarkan lamunan Malia, Malia menghentikan langkahnya ketika sebuah Hummer hitam berhenti di sampingnya. Kaca mobilnya terbuka perlahan.
“Malia, ayo saya antar kamu pulang..”.
Malia masih setengah tersadar dari lamunannya sesaat terdiam, kemudian Malia mendekat dan masuk ke dalam Hummer. ‘Ya, I should give an explanation..
“Mmm.. Pak Wira.. Tentang gosip itu.. Saya mau minta maaf.. Saya..”, Malia menunduk menatap jemarinya. “Saya nggak menyangka bakalan di-post seperti itu..”.
It’s okay Malia.. Itu bukan salah kamu.. Kamu nggak perlu minta maaf..”.
Malia menghela nafas. “Tapi pak.. Saya terkesan seperti mahasiswi yang haus popularitas dengan menghembuskan gosip kacangan..”.
“I See You itu bentukan adik angkatan saya.. Dan memang isinya menarik, layaknya infotainment lokal. Mungkin memang saatnya kamu jadi seleb lokal kali ini..”.
“Tapi pak, I See You nggak ngasih saya space untuk klarifikasi kayak infotainment gitu.. Saya juga jadi nggak enak sama bapak..”.
Pak Wira tersenyum, kulitnya yang tanned bersemu kemerahan, kepanasan oleh sang mentari yang menginjak senja. “Saya nggak masalah Malia, I See You cuma just for fun-nya mahasiswa. Lagipula saya masih single.. Nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Okay?”.
Malia mengangguk perlahan.
“Oh iya Malia, kamu keberatan nggak kalau saya minta kamu temani beli kado untuk kakak perempuan saya?”.
“Boleh pak.. Saya nggak keberatan..”, Malia tersenyum.

BIGGEST SCANDALOUS OF FLIRTATIOUS MALIA: PROOFED!
Halloooooow Eyes! Still curious about one of the hottest issue last week? Yep.. It’s about our little-flirtatious-girl named Malia with her big fish, Mr. Wira. Okay, we needn’t talk too much.. But lots picture will proofed! All the Eyes, just see it, and you guys decide it..

Malia meng-scroll ponselnya, sejumlah foto yang diambil kemarin sewaktu Malia menemani pak Wira mencari kado untuk kakaknya. Foto ketika memasuki mall, foto di gift shop, foto di cafe ketika pak Wira mentraktir Malia, bahkan Foto mereka berjalan ke parkiran. Malia berusaha berpikir keras, rasanya sewaktu pergi kemarin dia tidak melihat seorang pun yang mencurigakan apalagi mengambil gambarnya dengan kamera. Malia memasukan ponselnya kemudian berjalan cepat ke arah kantin.
Mata Malia menyisir seisi kantin, kemudian mendatangi sekumpulan orang yang tengah cekikikan. Malia langsung menyeruak di kerumunan itu dan menarik seorang perempuan berambut sebahu yang tengah duduk.
Son of a witch!!!”, teriak Malia. “Salah aku sama kamu tuh apa Vinna??? Can’t you just mind your own business???”.
“Ooopsiee.. The flirtatious got angry, Eyes..”, Vinna bersuara pelan ke arah teman-temannya sambil mengedipkan mata mengejek Malia.
“You’re just... Uuuugh! Bit*h! Kalau itu masalah Ed dulu.. It’s done okay?? I didn’t even have any relationship with him! I didn’t seduce him! NEVER!!!”.
“Hey Malia, listen.. You think you’re the most beautiful girl in BCIU? So you can change and owning any boys you like anytime??! Just think of it... Who is the BIT*H now? BIT*H!”.
“Don’t push me..”, wajah Malia memerah, tangannya terkepal.
“I dare you..”, Vinna melipat tangannya.
Seakan kehilangan kendali, sebelah tangan Malia bergerak hendak menampar Vinna. Vinna memejamkan mata, dan seisi kantin berjengit. Sebuah tangan menahan gerakan tangan Malia, kemudian menarik Malia pergi. Sesisi kantin termasuk Vinna melongo melihat Malia yang semakin menjauh dari pandangan.

“Pak lepasiiiiin... Lepasiiiiiin....”, Malia meronta-ronta berusaha melepaskan cengkeraman di tangannya.
“Malia, jemari dan tangan halus seperti ini bukan untuk memukul orang, tapi untuk membelai, mengusap wajah anak kamu kelak dengan penuh kasih sayang..”.
Malia terus menerus meronta dan berteriak-teriak. Malia mulai menangis sambil masih berteriak-teriak, tenaganya mulai habis untuk meronta-ronta, sehingga akhirnya Malia menuruti ketika tangan itu menggiringnya masuk ke dalam Hummer hitam. Malia duduk tidak melawan, tapi masih tetap menangis tersedu-sedu.
“Bapak kenapa menahan saya tadi?? Padahal hal itu yang sudah lama pengen saya lakuin..”, Malia masih menangis tersedu-sedu. “Vinna harus dikasih pelajaran.. Dia menghancurkan masa indah saya 5 semester di BCIU..”.
Hummer mulai berjalan pelan meninggalkan pelataran parkir BCIU.
“Bapak tau? Semester 1 saya dibilang perebut pacar orang, gara-gara mantan Vinna mendekati saya..”. “Vinna dendam dan benci sama saya.. Bahkan sampai semester 4, saya dijadiin bulan-bulanan gosip murahan saya perebut pacar orang..”.
“Tapi buktinya kamu masih survive kan dengan kuliah kamu?”.
“Iya... Tapi nggak dengan pergaulan saya.. Saya mau orang mengenal saya karena prestasi saya.. Bukan karena gosip murahan seperti itu!”, Malia menangis semakin keras. “Saya nggak bisa hidup normal, bahkan saya susah punya teman.. Saya nggak bisa punya pacar! Laki-laki di BCIU mungkin menganggap saya murahan.. Belum lagi.. Gosip I See You yang santer ke kampus lain..”. Malia memelankan suaranya kemudian menunduk. “Mungkin nggak ada pria dari kampus lain juga yang mau jadi pacar saya.. Semua predikat bakalan menempel sampai saya jadi alumni BCIU..”.

Pak Wira menghela nafas kemudian menepikan Hummer-nya. Pak Wira memegang tangan Malia. Sebelah tangan Pak Wira mengangkat wajah Malia yang tertunduk, kemudian menghapus air mata di pipi Malia. Malia cuma terdiam, menatap Pak Wira, dan sebersit rasa nyaman mendesir di hatinya.
“Malia.. Kamu mau jadi pacar saya?”.
Malia terkejut kemudian membuang muka. Sebelah tangannya buru-buru mengodok-ngodok isi tasnya. Kemudian mengambil tube lipgloss-nya lalu mengoleskannya ke bibirnya. Malia mendengar Pak Wira tertawa. Sekejap rasa sedih di hati Malia berubah menjadi rasa malu.
“Malia, kamu tahu. Dulu waktu kamu masih TK, kamu selalu mau main sama saya. Bahkan kamu nggak mau main sama Moreno kakak kamu, kalau saya dateng. Kita bukan baru kenal, Malia. Mungkin kamu lupa.”.
“Hah? Iya ya?”, Malia menatap lekat-lekat Pak Wira.
Pak Wira tersenyum kemudian mengangguk.
“Mungkin sulit bagi kamu, karena mengenal saya sebagai dosen di masa ingatanmu sekarang. Tapi, mau nggak kamu mulai melihat saya sebagai Wira yang dulu? Wira yang selalu bermain rumah-rumahan sama kamu dulu.. Wira.. Bukan Pak Wira.. Dan.. Maukah kamu memulai semuanya Malia?”.
“........”.

27 November 2012
Galuh Fajriyah Galura






No comments:

Post a Comment