Malia
mengaduk-ngaduk iced caramel macchiato-nya
sambil terus memelototi laptop. Sore hari pulang kuliah, memang paling asyik
ngopi cantik di Coffee Cup. Sayang
Syakilla nggak bisa ikut hari itu. Padahal, Malia ditambah Syakilla di Coffee Cup, merupakan perpaduan paling
pas dibanding semua kopi racikan barista Coffee
Cup, berjam-jam ngerumpi tanpa henti yang bikin pelayan bahagia karena
mereka terus menerus memesan minuman dan aneka cemilan.
“Hallo..”. Sebuah
suara memecah keheningan di pikiran Malia, Malia beralih dari laptopnya
kemudian menatap seseorang yang menjadi sebuah sumber suara. Sesaat kening
Malia berkerut, sedikit melotot kaget, kemudian nyengir memamerkan gigi-giginya
yang putih.
“Eh, Bapak..”.
“Kamu ternyata
ekspresif sekali yah..”, Malia semakin salah tingkah disebut seperti itu oleh
pria dengan kemeja abu-abu yang berdiri tegak di depannya.
“Hehe.. Maklum Pak,
nggak kesampean jadi artis.. Eh iya, silakan duduk Pak.. Atau Bapak sudah ada
tempat duduk?”, Malia merapikan kertas-kertas yang bertebaran di meja, kemudian
sedikit menggeser laptopnya.
“Permisi Pak, Kopinya?”, sebelum dijawab, pertanyaan Malia keduluan dijawab oleh seorang pelayan wanita yang membawakan secangkir kopi.
“Kamu nggak
keberatan saya gabung disini?”.
“Absolutely no, Sir.. Please take a seat..”,
Malia menegakkan duduknya kemudian berusaha tersenyum normal.
Setelah pria itu
duduk, sang pelayan menaruh cangkir kopinya kemudian meninggalkan Malia yang
kini deg-degan setengah mati.
“Kamu sedang
mengerjakan apa? Oh iya, saya sering melihat kamu di kampus. Tapi rasanya saya
belum pernah mengajar kamu, nama kamu?”.
“Saya Malia Pak.
Saya memang belum pernah diajar bapak. Dan.. rasanya focus study yang saya ambil nggak ada mata kuliah yang diajar sama
bapak..”, Malia nyengir.
“Saya Wira Panara.”.
“Saya tau kok Pak...”,
Malia kemudian menepuk keningnya. “Eh.. Saya salah ngomong ya Pak?”, Malia
semakin panas dingin terlebih lagi ketika menyadari kesalahannya jadi bahan
tertawaan Pak Wira. Melihat Pak Wira tertawa begitu lepas seperti itu, Malia
jadi tidak merasa sedang mengobrol dengan dosen, meski pada kenyataannya pipi
Malia kini merah padam.
“Kamu itu lucu yah..
Begitu ekspresif.. Oh iya, keliatannya kamu sedang mengerjakan sesuatu. Saya
ganggu kamu?”.
Malia mengangguk,
kemudian menghela nafas, “Maksud saya barusan iya saya sedang mengerjakan
sesuatu, tapi kalau bapak tanya ganggu atau nggak, jawabannya nggak..”, Malia
nyengir kemudian mengeluarkan tube lipgloss
pink fruity dari tasnya kemudian dengan cepat mengoleskannya di bibir. “Pak
maaf saya kalau grogi, suka refleks pake lipgloss..”,
Malia menggigit bibirnya, malu setengah mati rasanya kebiasaan itu terjadi
disaat dia sedang bersama seorang dosen meski sedang diluar kampus.
“Ternyata kamu unique juga yah.. Lipgloss jadi semacam obat penenang buat kamu..”
“Hmm.. Kebiasaannya
dari semenjak high school pak..
Semenjak saya kenal sama lipgloss..
Entah kenapa ketika saya grogi selalu refleks ambil lipgloss dari tas dan pake lipgloss..
Sulit rasanya menghilangkan kebiasaan itu. Meski udah berulang kali
sahabat-sahabat saya ngumpetin lipgloss
saya, tapi tetep aja itu lipgloss
pasti ketemu sama bibir saya.”, Malia menggaruk-garuk kepalanya sambil
menunduk.
“Nggak kebayang
nanti se-glossy apa bibir kamu
sewaktu kamu sidang nanti Malia..”.
Malia semakin
menundukkan kepalanya, pipinya bersemu kemerahan. Kulit putih Malia sangat
tidak bisa menyembunyikan keadaan Malia yang begitu malu.
“Eh iya, tadi kamu
bilang sedang mengerjakan sesuatu. Kalau boleh saya tahu apa itu?”.
“Tugas paper pak..
Strategi promosi lewat bahasa. Mmm.. Kalau bapak nggak keberatan, bapak mau
bantu periksa tugas saya?”, Malia berusaha mencairkan suasana yang begitu kaku
diantara keduanya.
“With my pleasure..”, Pak Wira tersenyum.
Serangkaian otot di wajahnya membentuk kurva indah melengkapi wajah tampannya. ‘Hey.. He’s handsome.. And HOT!’ Malia
ikut tersenyum, kemudian kembali menunduk dan buru-buru menghapus apa yang
terlintas di pikirannya.
Nggak kerasa dua jam
Malia dan pak Wira berada di Coffee Cup,
masing-masing telah menghabiskan dua minuman dan sebuah obrolan seru di sore
hari. Dimulai dari tugas paper Malia,
cerita berbagai hal tentang Bahasa
Communication International University dan seisinya, sampai heboh bahas
film berbagai genre.
“Pak, saya pulang
ya.. Udah malem.. Hehe.. Saya masih punya jam malam nih Pak..”, Malia nyengir
sambil membereskan laptop dan memasukan berbagai kertas ke dalam tasnya.
“Iya nggak kerasa ya
Malia.. It’s really a fun chitchat..
Rasanya udah lama saya nggak ngobrol seru seperti itu..”.
“Iya Pak, makasih
banyak udah bantu saya ngerjain tugas..”.
“Kamu pulang naik
apa?”.
“Taxi kayanya
pak..”.
“Rumah kamu dimana
Malia?”.
“Skies Residence..”.
“Oh kalo gitu,
bareng saya aja. Saya lewat situ kok.. Lagian kamu nggak takut apa naik taxi
malem-malem begini sendiri?”.
“Takut sih pak..”,
Malia bergidik membayangkan hal-hal yang menyeramkan yang lagi jadi trend issue.
Mal, lo dimana?
Buruan subscribe I See You!
NOW!!!!!!!!! ASAP!
-
Syakilla
Malia buru-buru
membuka situs I See You dari ponselnya, situs terkutuk menurutnya, yang
sudah di unsubscribe-nya selama enam
bulan.
Malia, The Queen of
Flirt is BACK!
Watch your BOYS, Lads..
Prime Suspect: Malia Putri Canella, student, 21
Victim: Wira Panara, lecturer, 28
Helllooow Eyes.. Terutama para EyesLad, Get ready to be brokenhearted..
One of the most eligible bachelor in BCIU has been robbed his heart by an
always-flirtatious-girl named Malia. As you know, Pak Wira Panara, dosen paling
kece, dengan wajah tampan, bodi atletis, otak cemerlang, tanned skin, dan nggak
lupa senyum yang selalu menawan terlebih lagi ketika mengendarai black hummer-nya,
selalu menarik hati setiap mahasiswi BCIU. Pak Wira salah satu dosen muda kita
yang masih single.
Dan oh.. Mengapa selalu gadis itu? Malia, Malia dan Malia?? Memang apa
hebatnya Malia itu?
Malia meng-scroll seluruh artikel, dibawah artikel
terdapat foto Malia dan Pak Wira sedang tertawa sambil menunjuk laptopnya. Foto
itu diambil kemarin! Sewaktu dirinya nggak sengaja bertemu dengan Pak Wira.
Lebih dari seribu komentar, tapi Malia tidak sedikit pun berminat untuk
membacanya. Malia langsung meng-klik comment
kemudian mengisi field komentar, dan post it.
Hellooooow dear I See You that really loves to ALWAYS SEE ME..! I want
to CLARIFY! I was accidentally met Pak Wira, okay? It’s ACCIDENTALLY! Means
NGGAK SENGAJA! He helped me doing my task, and NOTHING HAPPENED! Not any kind
of thing that flying in your dirty mind! - Malia
‘I need to clarify.. To him..’, Malia memasukan ponselnya ke dalam
tas dan hendak berlari.
“Malia!”, suara
cempreng Syakilla menghentikan langkah seribu Malia.
“Syakilla.. Oh Please... Kenapa jadi seperti ini?”.
“Tenang Malia.. Itu
cuma kerjaannya Vinna.. Just get over
it..”.
“Kamu gila apa?
Gimana aku bisa get over it kalau ini
menyangkut seorang dosen. SEORANG DOSEN Sya..”.
“Iya aku tahu Mal..
Tapi gosip itu keburu beredar, nggak ada yang bisa dilakuin..”.
“Hmmm... But at least I need to clarify to him..
Aku nggak mau dianggap mahasiswi yang pengen mendongkrak popularitas dengan
gosip murahan.. I need to find him..”,
Malia kembali beranjak dari tempatnya.
“He’s not here Mal.. Pak Wira nggak
dateng hari ini Malia, dia nggak ada jadwal mengajar.”.
“Aaaarghh.. Jadi aku
harus gimana??”, Malia mengusap wajahnya.
“Just keep calm, Mal.. Kamu beneran
ketemu beliau? Kemarin itu..”.
Malia mengangguk
pelan, “Iya Sya.. Di Coffee Cup..
Nggak sengaja.. Dia bantuin aku meriksa tugasku juga..”
“Lalu... Kalian
ngobrol apa aja?”.
“Ya banyak Sya..
Banyaknya sih tentang kampus.”.
“Oh...”, Syakilla
mengeluarkan ekspresi senyum penuh arti.
“Syakilllllaaaaaa....
Pleaseeeee! I didn’t do any flirt thing,
okaay? Even I admit he’s sweet and hot..”.
“It’s okay Mal.. He’s single..”, Syakilla mengedip.
“SYAKILLLAAAAAAAAA....”
Tiga hari dari
kejadian posting menyebalkan di situs
I See You, nampaknya belum bisa bikin Malia bisa duduk manis dan menikmati
perkuliahan. Situs I See You merupakan sebuah situs yang dikelola sebuah ekskul
infotainment di Bahasa Communication International University, situs ini sudah
berdiri lima tahun dan sukses meraih rating tertinggi diantara situs hasil dari
ekskul lainnya. Bahkan, berbagai produk berminat tinggi untuk jadi sponsor.
Situs I See You sendiri berisi info-info mengenai kehidupan para mahasiswa
BCIU, dari profil mahasiswa teladan, mahasiswa berprestasi, sampai gosip
kacangan yang selalu sukses menarik hati dan komentar para subscriber-nya. Setiap jam para subscriber
dari I See You mendapatkan update info secara otomatis.
Malia berjalan
lunglai keluar dari kampus. Sudah beberapa hari Malia sengaja pulang terlambat,
berusaha menghindari mahasiswa lainnya yang pulang pada hectic hour-nya jam pulang. Meski sesore apapun Malia pulang, tetap
saja masih bertemu beberapa mahasiswa yang selalu berbisik-bisik ketika
berpapasan dengannya. Jam istirahat, bahkan di jam pergantian kelas, Malia
selalu merasa begitu desperate ketika
orang-orang itu berbisik-bisik sambil melirik ke arahnya. Puncaknya adalah Bu
Ruri, dosen yang nggak pernah bisa hafal nama mahasiswanya, tiba-tiba saja
hafal dengan nama Malia, karena apalagi kalau bukan karena gosip di I See You.
Malia menghela
nafas sambil menendang-nendang kerikil dengan ujung knee boots-nya. ‘I’m not even
a Serena van der Woodsen or even Blair Waldorf.. It’s not Manhattan.. Then why
they love make I See You felt like a Gossip Girl, but without the narration
one..’
Suara klakson mobil
membuyarkan lamunan Malia, Malia menghentikan langkahnya ketika sebuah Hummer
hitam berhenti di sampingnya. Kaca mobilnya terbuka perlahan.
“Malia, ayo saya
antar kamu pulang..”.
Malia masih setengah
tersadar dari lamunannya sesaat terdiam, kemudian Malia mendekat dan masuk ke
dalam Hummer. ‘Ya, I should give an
explanation..’
“Mmm.. Pak Wira..
Tentang gosip itu.. Saya mau minta maaf.. Saya..”, Malia menunduk menatap
jemarinya. “Saya nggak menyangka bakalan di-post
seperti itu..”.
“It’s okay Malia.. Itu bukan salah kamu..
Kamu nggak perlu minta maaf..”.
Malia menghela
nafas. “Tapi pak.. Saya terkesan seperti mahasiswi yang haus popularitas dengan
menghembuskan gosip kacangan..”.
“I See You itu
bentukan adik angkatan saya.. Dan memang isinya menarik, layaknya infotainment
lokal. Mungkin memang saatnya kamu jadi seleb lokal kali ini..”.
“Tapi pak, I See You
nggak ngasih saya space untuk klarifikasi kayak infotainment gitu.. Saya juga
jadi nggak enak sama bapak..”.
Pak Wira tersenyum,
kulitnya yang tanned bersemu kemerahan, kepanasan oleh sang mentari yang
menginjak senja. “Saya nggak masalah Malia, I See You cuma just for fun-nya mahasiswa. Lagipula saya masih single.. Nggak ada yang perlu
dikhawatirkan. Okay?”.
Malia mengangguk
perlahan.
“Oh iya Malia, kamu
keberatan nggak kalau saya minta kamu temani beli kado untuk kakak perempuan
saya?”.
“Boleh pak.. Saya
nggak keberatan..”, Malia tersenyum.
BIGGEST SCANDALOUS OF
FLIRTATIOUS MALIA: PROOFED!
Halloooooow Eyes! Still curious about one of the hottest issue last
week? Yep.. It’s about our little-flirtatious-girl named Malia with her big
fish, Mr. Wira. Okay, we needn’t talk too much.. But lots picture will proofed!
All the Eyes, just see it, and you guys decide it..
Malia meng-scroll
ponselnya, sejumlah foto yang diambil kemarin sewaktu Malia menemani pak Wira
mencari kado untuk kakaknya. Foto ketika memasuki mall, foto di gift shop, foto
di cafe ketika pak Wira mentraktir Malia, bahkan Foto mereka berjalan ke parkiran.
Malia berusaha berpikir keras, rasanya sewaktu pergi kemarin dia tidak melihat
seorang pun yang mencurigakan apalagi mengambil gambarnya dengan kamera. Malia
memasukan ponselnya kemudian berjalan cepat ke arah kantin.
Mata Malia
menyisir seisi kantin, kemudian mendatangi sekumpulan orang yang tengah
cekikikan. Malia langsung menyeruak di kerumunan itu dan menarik seorang
perempuan berambut sebahu yang tengah duduk.
“Son of a witch!!!”, teriak Malia. “Salah
aku sama kamu tuh apa Vinna??? Can’t you
just mind your own business???”.
“Ooopsiee.. The flirtatious got angry, Eyes..”, Vinna bersuara
pelan ke arah teman-temannya sambil mengedipkan mata mengejek Malia.
“You’re just... Uuuugh! Bit*h!
Kalau itu masalah Ed dulu.. It’s done
okay?? I didn’t even have any relationship with him! I didn’t seduce him!
NEVER!!!”.
“Hey Malia, listen.. You think you’re the most beautiful
girl in BCIU? So you can change and
owning any boys you like anytime??! Just think of it... Who is the BIT*H now?
BIT*H!”.
“Don’t push me..”, wajah Malia memerah, tangannya terkepal.
“I dare you..”,
Vinna melipat tangannya.
Seakan kehilangan
kendali, sebelah tangan Malia bergerak hendak menampar Vinna. Vinna memejamkan
mata, dan seisi kantin berjengit. Sebuah tangan menahan gerakan tangan Malia,
kemudian menarik Malia pergi. Sesisi kantin termasuk Vinna melongo melihat
Malia yang semakin menjauh dari pandangan.
“Pak lepasiiiiin...
Lepasiiiiiin....”, Malia meronta-ronta berusaha melepaskan cengkeraman di
tangannya.
“Malia, jemari dan
tangan halus seperti ini bukan untuk memukul orang, tapi untuk membelai,
mengusap wajah anak kamu kelak dengan penuh kasih sayang..”.
Malia terus menerus
meronta dan berteriak-teriak. Malia mulai menangis sambil masih
berteriak-teriak, tenaganya mulai habis untuk meronta-ronta, sehingga akhirnya
Malia menuruti ketika tangan itu menggiringnya masuk ke dalam Hummer hitam.
Malia duduk tidak melawan, tapi masih tetap menangis tersedu-sedu.
“Bapak kenapa
menahan saya tadi?? Padahal hal itu yang sudah lama pengen saya lakuin..”,
Malia masih menangis tersedu-sedu. “Vinna harus dikasih pelajaran.. Dia
menghancurkan masa indah saya 5 semester di BCIU..”.
Hummer mulai
berjalan pelan meninggalkan pelataran parkir BCIU.
“Bapak tau? Semester
1 saya dibilang perebut pacar orang, gara-gara mantan Vinna mendekati saya..”.
“Vinna dendam dan benci sama saya.. Bahkan sampai semester 4, saya dijadiin
bulan-bulanan gosip murahan saya perebut pacar orang..”.
“Tapi buktinya kamu
masih survive kan dengan kuliah
kamu?”.
“Iya... Tapi nggak
dengan pergaulan saya.. Saya mau orang mengenal saya karena prestasi saya..
Bukan karena gosip murahan seperti itu!”, Malia menangis semakin keras. “Saya
nggak bisa hidup normal, bahkan saya susah punya teman.. Saya nggak bisa punya
pacar! Laki-laki di BCIU mungkin menganggap saya murahan.. Belum lagi.. Gosip I
See You yang santer ke kampus lain..”. Malia memelankan suaranya kemudian
menunduk. “Mungkin nggak ada pria dari kampus lain juga yang mau jadi pacar
saya.. Semua predikat bakalan menempel sampai saya jadi alumni BCIU..”.
Pak Wira menghela nafas kemudian menepikan Hummer-nya. Pak Wira memegang tangan Malia. Sebelah tangan Pak Wira mengangkat wajah Malia yang tertunduk, kemudian menghapus air mata di pipi Malia. Malia cuma terdiam, menatap Pak Wira, dan sebersit rasa nyaman mendesir di hatinya.
“Malia.. Kamu mau
jadi pacar saya?”.
Malia terkejut
kemudian membuang muka. Sebelah tangannya buru-buru mengodok-ngodok isi tasnya.
Kemudian mengambil tube lipgloss-nya
lalu mengoleskannya ke bibirnya. Malia mendengar Pak Wira tertawa. Sekejap rasa
sedih di hati Malia berubah menjadi rasa malu.
“Malia, kamu tahu.
Dulu waktu kamu masih TK, kamu selalu mau main sama saya. Bahkan kamu nggak mau
main sama Moreno kakak kamu, kalau saya dateng. Kita bukan baru kenal, Malia.
Mungkin kamu lupa.”.
“Hah? Iya ya?”,
Malia menatap lekat-lekat Pak Wira.
Pak Wira tersenyum
kemudian mengangguk.
“Mungkin sulit bagi
kamu, karena mengenal saya sebagai dosen di masa ingatanmu sekarang. Tapi, mau
nggak kamu mulai melihat saya sebagai Wira yang dulu? Wira yang selalu bermain
rumah-rumahan sama kamu dulu.. Wira.. Bukan Pak Wira.. Dan.. Maukah kamu
memulai semuanya Malia?”.
“........”.
27 November 2012
Galuh Fajriyah Galura
No comments:
Post a Comment